Home » , » Rieke Diah Pitaloka adalah Dewi Sartika di Zamannya !H

Rieke Diah Pitaloka adalah Dewi Sartika di Zamannya !H

Written By Garut Express on Monday, February 11, 2013 | 8:43 PM


Hasanuddin


Rieke Diah Pitaloka adalah Dewi Sartika di Zamannya !
Seratus sepuluh tahun yang lalu (1902) Dewi Sartika (1884-1947) menggagas pendidikan untuk kaum perempuan. Pendidikan untuk kaum perempuan pada era tersebut adalah gagasan yang melanggar tradisi. Namun, Dewi Sartika melampaui tradisi tersebut, perempuan juga berhak untuk mendapatkan pendidikan.
Dari ruangan kecil dibelakang rumahnya di Bandung, Ia mulai merintis pendidikan bagi kaum perempuan, mengajar anggota keluarganya yang perempuan membaca dan menulis, selain merajut, menjahit dan memasak.
Pada tahun 1904, berkat kegigihannya berdirilah sekolah perempuan pertama di Bandung, kemudian menyebar ke berbagai daerah lainnya di Pasundan (Jawa Barat). Dengan segala keterbatasan, Ia merintis cakrawala baru, tidak hanya bagi kaum perempuan tetapi masyarakat secara luas. Jika kaum perempuan diberikan kesempatan mengenyam pendidikan, maka dapat membantu kehidupan sosial dan peradaban yang selama ini dianggap sebagai “dunianya” kaum pria.
Dewi Sartika adalah sosok yang hidup di era penjajahan. Sebagai bagian dari  masyarakat, ia adalah “kaum pribumi” terjajah; masyarakat kelas dua di era tersebut. Sebagai seorang perempuan, Ia ditempatkan dalam ‘paradigma sosial kaum pria” yang menempatkan perempuan dalam penugasan “sumur, dapur dan kasur”.
Namun Dewi Sartika tidak mau terlibat dalam “pemberontakan sosial” secara teoritik dengan melakukan kritik paradigmatik, Ia langsung melibatkan dirinya dengan membangun kepercayaan diri kaum perempuan, membangun harapan dan semangat melalui kegiatan pendidikan bagi perempuan.
Kita tidak menemukan “pemberontakan sosial” dalam pengertian politis. Kita hanya menemukan jejak etis dan berkepribadian untuk keluar dari tradisi lama. Sangat sederhana dan fundamental; belajar, mendidik, mengajarkan budi pekerti dan kemampuan baca-tulis pada sesama kaumnya, hingga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dengan mendirikan sekolah untuk kaum perempuan di berbagai tempat di Tanah Pasundan.
Seratus sepuluh tahun kemudian, setelah pendidikan untuk kaum perempuan dirintis, kini muncul sosok perempuan segigih dan setotalitas Dewi Sartika, yang hendak membangun cakrawala baru di bidang politik, Ia adalah Rieke Diah Pitaloka.
Rieke Diah Pitaloka dilahirkan di Garut, pada tanggal 8 Januari 1974. Ia memiliki kecerdasan dan berbagai kemampuan dan aktif dalam berbagai kegiatan di sekolahnya (SMP N 2 Garut, SMU 1 Garut); Marchind band, Basket, Atletik Loncat Jauh, selain aktif di dunia seni, Ia juga seorang penulis.
Lulusan Fakultas Sastra Belanda Universitas Indonesia, STF Driyakara, dan S-2 di Universitas Indonesia dengan Tesis “Banalitas Kejahatan: Aku yang tak Mengenal Diriku, telaah Hannah Arendt Perihal Kekerasan Negara”, yang kemudian dijadikan buku dengan judul “Kekerasan Negara Menular ke Masyarakat”, karya lainnya adalah “Renungan Kloset”.
Di masyarakat luas, Ia dikenal sebagai sosok “Oneng” lewat perannya dalam sinetron Bajaj Bajuri. Ia juga aktif di teater dan ikut pementasan garapan Putu Wijaya dalam judul “Cipoa”. Film karya empat sutradara perempuan berjudul Lotus Requiem, yang kemudian judulnya diubah menjadi “Perempuan Punya Cerita”. Ia juga mendidirikan yayasan yang diberi nama “Yayasan Pitaloka”, bergerak di bidang Sastra dan sosial kemasyarakatan.
Di setiap bidang yang ditekuninya, ia selalu menonjol dan menjadi bintang. Beberapa penghargaan diraihnya, pernah menjadi Duta Indonesia dalam Festival Puisi Internasional Winter Nachten Den Haag, Belanda, Duta Insan Berwawasan Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Maret 2006, Artis Peduli Kependudukan dan KB dari BKKBN, Duta Energi dari Sundaya Foundation, 99 Most Powerful Women Versi Majalah Asia Globe, 2011, 100 Wanita Indonesia Paling berpengaruh (2011), versi Indoline, 100 Tokoh Muda Indonesia Paling Berpengaruh (2011) versi Indoline dan Politisi Paling Berpengaruh, serta Nominasi Charta Politika Award III Kategori Politisi Partai Oposisi 100 Wanita Indonesia Paling berpengaruh (2012) versi Indoline.
Rieke Diah Pitaloka kini menjabat sebagai Anggota DPR RI. Di Komisi IX, Ia merupakan salah satu anggota Panitia Khusus RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), suatu bidang perhatiannya untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Jika, Dewi Sartika membuka cakrawala baru di bidang pendidikan dan terbukti setelahnya banyak melahirkan kaum perempuan terdidik, maka Rieke Diah Pitaloka berjuang untuk membuktikan bahwa kaum perempuan juga mampu memimpin Tanah Pasundan (Jawa Barat).
Seperti hendak mengikuti pendahulunya, Rieke tidak mau berdebat soal “Paradigma Lama”, tetapi langsung terlibat menjadi Calon Gubernur Jawa Barat, meyakinkan berbagai pihak bahwa Ia mampu memimpin, mampu memecahkan permasalahan yang kronis akibat kesalahan pemerintahan terdahulu.
Disparitas pembangunan Utara-Selatan Jawa Barat, tingginya angka pengangguran, infrastruktur desa dan pertanian yang tidak terurus, sulitnya masyarakat miskin mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan,  ketenagakerjaan, dan persoalan lainnya, yang menjadi fokus kerjanya jika Ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat.
Rieke Diah Pitaloka yang lahir dan dibesarkan di Garut tentu akan memahami situasi daerahnya, hal ini penting untuk kembali mengurai dan memecahkan persoalan yang dialami pemerintahan daerah setelah hampir 2 periode bermasalah. Tuntutan pemekaran dari Garut Selatan dan Utara tentu menjadi fokus tersendiri yang harus diselesaikan dalam waktu yang cepat.
Sebagai “Orang Garut”, tentu saja Ia memahami secara sosiologis dan peta social-ekonomi-politik Kabupaten Garut, apa yang menjadi harapan dan keinginan warga tentu sudah lama terpendam dalam dirinya.
Dewi Sartika telah berhasil merintis pendidikan bagi kaum perempuan di tanah Pasundan, dalam beberapa tahun kemudian melahirkan kaum perempuan terdidik. Rieke Diah Pitaloka adalah hasil dari kegigihannya. Kini, era telah berubah, Rieke Diah Pitaloka melanjutkan perjuangan para pendahulunya, merintis jalan memimpin Jawa Barat. Tidak mudah tentunya, tetapi kerikil tajam, sandungan dan hambatan akan dilalui dengan kerja kerasnya dan dukungan berbagai pihak, Ia merupakan representasi semangat kaumnya,  Ia adalah Dewi Sartika di zamannya !.

HASANUDDIN
Pendiri Pusat Informasi dan Studi Pembangun (PISP)
Dan Bendahara Umum DPN REPDEM


Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Garut Express - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger