Kades Mama Haji Nawawi Masih Dikenang Warga Desa Maripari

Kades Mama Haji Nawawi
Masih Dikenang Warga Desa Maripari

KIPRAH Kepala Desa (Kades) Maripari, Mama haji Nawawi, tampaknya masih membekas pada memori warganya. Warga Desa Maripari merindukan sosok pemimpin seperti Mama Haji Nawawi yang benar-benar membaktikan diri untuk kesejahteraan warganya.

Seperti diutarakan salah seorang saksi hidup saat Kades Nawawi memimpin, Omang Mahmur, kehidupan masyarakat saat itu sangat bergantung pada kepemimpinan Kades Nawawi. Saat itu, Kades Nawawi menjabat selama dua zaman yaitu pada masa penjajahan Belanda dan masa penjajahan Jepang. Namun meski berada pada zaman sulit, Kades Nawawi mampu menciptakan kesejahteraan bagi warganya.

Omang mengatakan, pada masa itu, Kades Nawawi dikenal sebagai orang yang melimpah dengan kekayaannya. Menurutnya, saat itu Kades Nawawi memiliki 120 hektar tanah yang tersebar di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Sukawening, Kecamatan Cibatu dan Kecamatan Wanaraja. Sehingga hasil tanamnya begitu melimpah. Dari hasil cocok tanamnya itulah, Kades Nawawi bisa membantu semua warganya yang merasa kesulitan peroleh pangan.

Masih menurut Omang, Kades Nawawi, biasanya menyimpan hasil tanaman pada satu lumbung berukuran 25 x 10 meter. Di depan lumbung digantungkan kentongan yang tingginya mencapai 2 meter. Kentongan itu digunakan Kades Nawawi bukan untuk meneriakkan jika ada maling, namun untuk memanggil warga untuk membagikan hasil tanamnya jika saat musim krisis pangan melanda warganya. Sehingga, pada masa kepemimpinan Kades Nawawi, nyaris tak ada warga yang kesulitan untuk peroleh pangan.

Selain itu, kata Omang, Kades Nawawi juga dikenal sebagai pemimpin yang dermawan. Bahkan ia pun, mengajarkan kepada warganya cara beternak domba yang baik. Sehingga pada masa kepemimpinannya, banyak domba yang dihasilkan warga setempat dari hasil budidaya.

Saksi mata lainnya Udi (74), mengatakan kedermawanan Kades Nawawi dikenangnya pada saat setiap usai menunaikan sholat Jumat, seluruh warganya diberi makan gratis di halaman mesjid. Tak hanya itu, jika ada jemaahnya yang mengenakan sarung atau baju sobek, Kades Nawawi langsung menggantikannya dengan baju atau sarung yang bagus.

“Sekarang Aki belum menemukannya sosok lurah seperti Mama Haji Nawi. Seluruh masyarakat pakir dan miskin  di Desa Maripari bisa tersantuninya. Bahkan dari luar desa pun tersantuninya. Aki berdo’a semoga saja ada yang seperti Mama Haji Nawawi di zaman ini,” kenang Aki Udi.

Udi mengatakan, Kades Nawawi dilahirkan 1827 dan tutup usia pada tahun 1947, pada usia 120 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Astana Mariuk Desa Maripari. Meski sudah tutup usia, namun jasa dan pengabdiannya sampai kini masih tetap dikenang. (Ilham Amir)***