ARAK-arakan Singa Depok membawa pengantin sunat.
kesenian yang dianggap lebih maju dibandingkan budaya lokal. Contohnya bila ada pesta pernikahan atau sunatan, masyarakat akan lebih memilih organ tunggal dibanding hiburan yang sifatnya kedaerahan. Alasan pemilihan budaya populer karena budaya populer cenderung lebih praktis dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih ringan.
Di mata Ketua Fagar Selaawi, Yayan Sopiyan S.Pd.I, fenomena tersebut terjadi karena kemungkinan besar masyarakat telah terpengaruh dengan arus budaya global. "Untuk mengantisipasi hal tersebut ada baiknya jika kesenian tradisonal dikombinasikan dengan kesenian modern,sehingga nantinya akan timbul kembali rasa rindu terhadap seni budaya daerah yang original dan juga rasa cinta terhadap seni budaya daerah harus ditanamkan kepada generasi penerus sejak dini, sehingga tidak terlalu mencintai budaya populer," tuturnya.
Tetapi diantara himpitan budaya modern tersebut, ternyata masih ada masyarakat yang setia "ngamumule" budayanya sendiri. Tercatat masih ada kelompok seni tradisional yang tetap eksis bahkan masih banyak menerima tawaran untuk manggung. Begitu juga dengan masyarakat, ada diantara mereka yang masih setia menjadikan kesenian tradisinal sebagai pertunjukan dalam beberapa perhelatan. Seperti yang dilakukan, Sujana, Warga Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi yang mengadakan hajatan sunatan dan mengundang grup singa depok sebagai hiburan.
Saat kesenian singa depok ditampilkan masyarakat sekitar yang menonton terlihat antusias, karena arak-arakan pengantin sunat yang diiringi pertunjukan singa depok adalah tontonan yang langka. Iring-iringan pengantin sunat berjalan sejauh 2 Km, terlihat banyak anak-anak yang ikut bergabung sambil berjoget.
Sujana memang sengaja menggelar kesenian tersebt untuk memeriahkan sunatan sang cucu tercinta. Berawal dari kecintaannya terhadap budaya seni daerah, Sujana merencanakan pagelaran singa depok untuk hiburan sunatan sang cucu dari jauh - jauh hari. "Saya sengaja menggelar acara tersebut agar cucu saya kelak bisa lebih mencintai budaya seni daerah dan berharap agar budaya seni daerah tetap bisa lestari," jelasnya (USEU)***
Sebenarnya sampai sekarang pun masih sering ditampilkan, terutama untuk musim hajat seperti sekarang. tapi sayang singa depok yg ori singa, terutama di sekitar pantura sangat sulit menemukannya. Agar terlihat lebih glamor Mayoritas grup singadepok lebih senang membawa singadepok dengan wujud imajinatif, cth ular kepala 3 dengan sayap dan sebagainya, Dan semakin hari semakin ngaco wujudnya. Nilai pengajaran seni budaya leluhur dulu yg dibawa, sekarang hilang. Mereka hanya lucu2an walau dengan membully, atau bahkan mengeksploitasi sexual.
ReplyDeleteMenurut saya singa depok dengan wujud singa jauh lebih gagah dan menarik. Jangan karena mengejar honor, "singa" dikorbankan.
Sebenarnya sampai sekarang pun masih sering ditampilkan, terutama untuk musim hajat seperti sekarang. tapi sayang singa depok yg ori singa, terutama di sekitar pantura sangat sulit menemukannya. Agar terlihat lebih glamor Mayoritas grup singadepok lebih senang membawa singadepok dengan wujud imajinatif, cth ular kepala 3 dengan sayap dan sebagainya, Dan semakin hari semakin ngaco wujudnya. Nilai pengajaran seni budaya leluhur dulu yg dibawa, sekarang hilang. Mereka hanya lucu2an walau dengan membully, atau bahkan mengeksploitasi sexual.
ReplyDeleteMenurut saya singa depok dengan wujud singa jauh lebih gagah dan menarik. Jangan karena mengejar honor, "singa" dikorbankan.