Home » , , » Terminologi Tradisi Mudik Oleh : Rohmat Aripin S.IP. M.Si.

Terminologi Tradisi Mudik Oleh : Rohmat Aripin S.IP. M.Si.

Written By Garut Express on Tuesday, August 20, 2013 | 12:47 AM

Bulan Suci Ramadan baru saja berlalu. Berbagai pernak pernik kuliner dan tradisi baru saja kita lewati.dengan penuh suka cita. Salah satunya adalah tradisi mudik. Tradisi tersebut mungkin hanya ada di negeri kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Mudik telah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat urban. Jika tak melaksanakan mudik rasanya hidup terasa ada yang kurang lengkap. Malah dalam sebuah berita terdapat orang yang rela melakukan kejahatan demi uang untuk mudik. Berbagai kalangan profesi seperti sopir pribadi, pekerja bangunan, pembantu rumah tangga dan sebagainya, telah menjadikan mudik sebagai salah satu “ritual” yang tak bisa ditinggalkan, hingga meskipun ditantang dengan gaji dua kali lipat asalkan dirinya tidak mudik dan tetap melaksanakan kewajiban rumah tangga sang induk semang, namun tetap sang pembantu rumah tangga tersebut lebih memilih untuk bermudik ria.
    Begitulah kekuatan “spiritual” mudik dalam tradisi bangsa Indonesia yang telah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Kerinduan kepada kampung halaman telah menjadi sebuah paradigma lama yang kerap menjangkiti diri setiap orang yang sudah lama “melancong”. Terlebih dalam budaya orang Sunda yang masih kental dengan filosofi “bengkung ngariung bongkok ngaronyok”. Namun demikian, dalam konteks kekinian ungkapan paradigma filosofi tersebut perlu diubah, mengingat “ngotok ngowo di kampung” tak akan memberi banyak keuntungan atau manfaat, baik itu berupa materi maupun pengalaman atau ilmu pengetahuan, karena ilmu berasal dari berinteraksi antara orang per orang.
    Selain itu dalam tradisi mudik terkandung dimensi ibadah, dimana para pemudik akan dipertemukan dengan sanak famili, hingga terjalin silaturahmi dengan symbol berjabatan tangan. Rasa kangen atau rindu kepada sanak keluarga akan tercurahkan ketika mudik, hingga rasa cape dan lelah ketika terjebak kemacetan menjadi sirna. Sambutan dan pelukan hangat akan sama-sama dirasakan bersama dengan sanak kerabat di kampung. Suasana akan terasa berbeda. Tali kekeluargaan akan tersimpulkan dengan semakin erat, mengingat biasanya jika dengan keluarga terdapat adigium, jauh terasa harum bunga, namun jika berdekatan terasa bau bangkai, meski adigium tersebut tak sepenuhnya benar. Namun itulah salah satu makna ritus tahunan mudik.
Selain itu terdapat dimensi lain dari kegiatan mudik, yaitu dimensi sosial. Dalam dogma agama Islam, bersodakah selain merupakan ibadah, hal itu merupakan kegiatan sosial. Tak sedikit para pelancong di kota-kota besar yang telah sukses kerap membagi-bagikan sedekah di kampung halaman asal kelahirannya. Uang recehan yang masih baru dan “hareuras” biasanya menjadi salah satu oleh-oleh yang dibawa dan dibagi-bagikan kepada sanak saudara. Penulis pun sempat mengalami hal itu ketika usia remaja. Tiga hari pasca lebaran, sang paman datang dari kota. Semua keponakan dibagi uang baru.Walaupun nilainya tak seberapa, namun nilai kebahagiaan dalam hati sangatlah tinggi, hingga kenangan itu tak bisa dilupakan sampai saat ini.
     Mudik yang selama ini berlangsung masih berkutat dalam arti secara harfiah yaitu pulangnya seseorang/kelompok orang dari kota ke desa sehubungan dengan tibanya hari Raya Idul Fitri. Namun dalam konteks lain, terminologi mudik sangatlah luas makna filosofinya. Mudik kepada perilaku yang lebih baik dari perilaku sebelumnya yang tidak atau kurang baik, merupakan sebuah visi dan misi yang cukup fundamental. Para pedagang yang biasa mengurangi timbangan, mudik pada perilaku jujur. Para ulama yang terkadang suka merasa diri uzub dengan ilmunya, mengingat ilmu merupakan salah satu penyebab keangkuhan, mudik kepada sifat tawazdu. Para pejabat atau pemimpin yang biasa berperilaku arogan dan tak memperdulikan masyarakat, mudik kepada tugas dan pengabdian sebagai pelayan publik yang sesungguhnya berupa mempermudah segala urusan masyarakat manakala berurusan dengan dunia birokrasi. Hal ini sebagaimana dalam sebuah riwayat, “Aisyah berkata “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda di rumahku : “Ya allah barang siapa yang diberi kekuasaan untuk mengurusi umatku,  kemudian ia mempersulit mereka, maka persulitlah ia! Dan barang siapa yang diberi kekuasaan untuk mengurusi umatku, kemudian ia mempermudah mereka, maka permudahlah ia (HR. Muslim). Rasulullah adalahmanusia paling mulya, hingga doanya pun pasti akan terkabul.
 Begitu pula dengan para politisi atau para wakil rakyat yang selama ini kerap menjadi sorotan tajam masyarakat sehubungan dengan perilakunya yang sering “aneh-aneh” seperti berjanji dan berkata yang “lain di bibir dan lain di hati”, melalui momentum bulan suci Ramadan beberapa waktu lalu, kiranya semua dapat dijadikan sebagai agen mudik kepada perubahan perilaku dengan cara menjunjung tinggi amanat yang ada di pundaknya, disertai dengan niat baik, hingga kepercayaan (trust) dari masyarakat bisa mudik kepada mereka. Segala yang diucapkan ketika akan berkampanye pada hakikatnya setara dengan berjanji yang manakala tak ditepati akan disebut sebagai manusia hipokrit atau predikat buruk lainnya.
Dalam konteks pilkada Bupati Kabupaten Garut yang hanya tinggal menghitung hari, masyarakat sebagai pemegang kedaulatan, pasca lebaran ini, diharapkan bisa mudik yaitu mudik politik. Artinya masyarakat dituntut untuk “beunta”, berhati-hati, cermat, tepat dan akurat dalam menjatuhkan pilihan terhadap pemimpin dan para wakilnya. Mengingat setengah menit berada di dalam bilik suara, pada hakikatnya akan menentukan nasib masyarakat untuk lima tahun mendatang. Jeda waktu antara ibadah puasa dengan momen pesta demokrasi lokal di Kabupaten pada tahun ini, tidaklah terlalu lama. Hingga suasana mudik politik dalam pikiran masyarakat cenderung masih terasa segar. Semua itu demi kebaikan bersama, yaitu melahirkan pemimpin yang kredibel, akuntabel, amanah dan memiliki visi misi pembangunan jangka panjang sebagaimana makna saum itu sendiri yang bertujuan membangun manusia taqwa (QS. Albaqarah : 183).
Karut marut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita, bermuara pada pola kepemimpinan dengan niat dan kemampuan manajerial yang masih abu-abu dan lemah, hingga cenderung mengacu kepada salah langkah. Bahkan menurut KHA. Cholil Ridwan Lc. negeri karut marut akibat dipimpin oleh orang-orang salah, bukan orang-orang yang saleh. Yang terjadi banyak yang menjadi religi dan agamis saat-saat menjelang pemilu untuk kepentingan politiknya (PR. 05/08/13).  Oleh karena itu perlu pemurnian niat dari setiap calon pemimpin. Kabupaten Garut. Garut adalah daerah yang cukup kaya. Tanahnya subur, potensi wisata cukup banyak, sumber daya alam pun tak kalah banyaknya dengan daerah lain. Semua itu jika diberdayakan oleh pemimpin yang kaya dengan kreativitas dan innovativitas, maka tak mustahil akan bisa menambah sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), hingga bisa berefleksi positif terhadap kepentingan masyarakat secara makro.
Dua periode kepemimpinan Garut telah terpental di tengah jalan. Kegaduhan politik selalu dijadikan biang keladi. Semua perlu instrospeksi atau mudik, baik secara internal maupun eksternal. Ada apa dengan semua ini. Padahal Sumber Daya Manusia Garut banyak yang pandai dan cerdas, bahkan beberapa diantaranya terdapat putra daerah asal Garut yang menjadi Guru Besar malah “makalangan” di daerah lain. Namun ilmu mereka belum termanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan masyarakat Garut. Kesimpulannya terminologi tradisi mudik, sesungguhnya tak terbatas pada momentum bulan Ramadan semata. Mudik adalah sebuah keniscayaan. Reformasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada hakikatnya adalah mudik. Para pemimpin Garut, baik yang sekarang mamupun yang akan datang hendaknya mampu melaksanakan “mudik”!. Semoga kita bisa dipertemukan kembali dengan Bulan Ramadan mendatang berikut dengan tradisi mudiknya, walaupun hal itu tak ada jaminan dari Allah swt. Amin!.
Penulis : Pemerhati Sosoal, Budaya, Politik dan Ekonomi. Warga Garut Asli. Alumni Pasca Sarjana Universitas Garut.


Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Garut Express - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger