USUP suryana saat megukur Curah Hujan dibantu oleh Cucunya dikediamannya di Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Jumat (14/12). |
Ramal Cuaca Berdasarkan Perhitungan Tradisional
CIBATU, (GE).- Mengetahui perubahan cuaca mutlak dibutuhkan oleh petani agar tak mengalami gagal panen. Alih-alih maraup untung dari hasil panen, malah kerugian yang didapat jika tak mengenali kecenderungan cuaca. Jadi bagi petani terutama yang bercocok tanam di wilayah tadah hujan, mengenali perubahan cuaca menjadi kewajiban.
Seperti dilakukan oleh para petani yang tergabung dalam kelompok tani maju jaya dua, mereka terus mengembangkan kemampuannya dalam meramalkan cuaca. Hasilnya, mereka tak pernah mengalami kerugian akibat buruknya cuaca. Meski pun, kelompok tani maju jaya dua terletak di daerah rawan kekeringan namun mereka tak pernah mengalami kerugian akibat bencana kekeringan.
Rahasia kelompok tani maju jaya dua yang beralamat di Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, selalu mengenali perubahan cuaca sejak dini. Adapun metode ramalan cuaca yang digunakan kelompok tani ini merupakan perpaduan antara pengalaman orang tua dulu dengan ilmu klimatologi.
Ketua Kelompok Tani Maju Jaya, Usup Suryana mengatakan, pengalaman orang tua dulu ternyata tak jauh berbeda dengan penerapan ilmu klimatologi yang saat ini mulai dikembangkan. Dulu jika kunyit yang disimpan dekat tungku api sudah bertunas berarti kondisi tanah sudah dingin jadi sudah saatnya untuk bercocok tanam. Waktu dari pertama kali hujan sampai tumbuh tunas pada kunyit tak kurang dari 20 hari.
Masih menurut Usup, tak jauh beda dengan ramalan klimatologi yang diperolehnya saat pelatihan sekolah lapangan iklim (SLI). Berdasarkan teorinya, jika hujan sudah turun selama 20 hari dengan curah hujan (CH) rata-rata 55 mili liter maka petani sudah saatnya melakukan penanaman.
Saat ditemui di kediamannya, Jumat (14/12), Usup mengatakan, masih banyak lagi cara menentukan curah hujan sebagai pertanda saatnya melakukan penanaman. Tujuan mengenali curah hujan ini berguna untuk menghindari kerugian akibat gagal panen.
Saat ini, warga sekitar kelompok tani maju jaya dua, banyak bergantung kepada anggota kelompok tani ini untuk mengetahui perubahan cuaca. Tak hanya itu, warga setempat pun mengandalkan kelompok tani maju jaya dua untuk melakukan inovasi pola tanam. (Ilham Amir)***
0 comments:
Post a Comment