TERLAHIR dai keluarga petani, Calon Bupati Nomor Urut 1 dari perseorangan, H. Dedi Suryadi sudah mengenal dan menggeluti pertanian sejak masih kecil. Dalam perjalanannya kemudian, pria kelahiran 24 Maret 1962 ini tumbuh menjadi pengusaha dan birokrat yang berpengalaman.
Diusianya yang kian matang, putra dari pasangan H. Muhamad Sutarsa (alm) dan Hj. Siti Jenab ini menetapkan tekad maju dalam Pilkada Garut, 8 September mendatang, berpasangan dengan wakilnya, H. Deddy Dores Supriyadi.
“Saya memang sudah terbiasa berada tidak jauh dari profesi masyarakat setempat (Cisurupan) yakni pertanian. Sejak usia 12 tahun biasa berangkat ke kebun membantu orang tua. Kadang-kadang juga belajar mencangkul dan lainnya,” kenangnya.
Menurutnya, daerah Garut cocok untuk pertanian. Hampir segala macam pertanian ada di Garut seperti tanaman holtikultura, buah-buahan, dan sebagainya. Apalagi diukung lahan yang luas dan subur. Tidak mengerankan, jika pertanian banyak digeluti masyarakat Garut.
H. Dedi pun membeberkan strateginya untuk memajukan sektor pertanian dan perkebunan Garut. Menurutnya, hampir sama dengan beberapa daerah lain bahwa persoalan utama pertanian adalah permodalan. Tetapi bukan hanya itu, wilayah Garut yang berada di daerah perlintasan jalur ekonomi menjadikan Garut sebagai daerah pinggiran.
Sehingga akses ke pasar kurang bagus. Walaupun punya potensi pertanian yang luar biasa. Akibatnya, pertanian Garut kurang mendapat pasar yang bagus. Terkadang potensi pasarnya kalah oleh darah lain, seperti Pangalangen, Lembang bahkan dari luar Jawa Barat.
“Garut harus berusaha mandiri. Saat ini hanya menjadi pemasok bahan mentah seperti menjual sayur-sayuran, karet, dan lain sebagainya. Sementara, kita kurang menguntungkan lokasinya jadi ongkosnya lebih tinggi. Jadi ke depan, bukan hanya sebagai produsen tetapi pengelola. Tentunya, perlu dukungan teknologi sehingga ada penambahan nilai (dari bahan mentah),” katanya.
Dilanjutkannya, petani memang biasanya tersandung kepada permodalan untuk mengembangkan usahanya. Karena keharusan adanya jaminan untuk mendapatkan permodalan dari lembaga keuangan. Padahal, kekurangan jaminan itu bisa dijamin oleh Pemda. Tidak perlu takut. Bank maupun lembaga keuangan lainnya yang memberikan akses kepada petani harus didukung.
Mengenai kiprahnya dalam dunia politik, H. Dedi menjelaskan, cikal bakalnya sudah digelutinya sejak bangku sekolah utamanya semasa di SMA dan dilanjutkan saat kuliah. Sebagai alumni jurusan planologi, H. Dedi kemudian sempat menjadi PNS di Pemda Garut yang bergelut dalam perencanaan daerah. Namun ternyata lebih tertarik kepada bisnis dan kemudian politik.
“Politik itu bagaimana satu kelompok mempengaruhi kelompok yang lain dalam rangka membuat kebijakan untuk kepentingan publik. Saya lihat perjalan poitik kita belum di sana. Politik masih dilihat sebagai ajang rebutan kekuasan dan meraup keuntungan untuk golongannya masing-masing,” katanya.
Diakuinya, ia merasa bisa bantu masyarakat lebih baik dengan berkecimpung dalam politik. Baru pada tahun 1997 ia melihat ada satu momentum tepat untuk mencoba menceburkan diri di partai politik. Alhasil, H. Dedi terpilih menjadi Ketua DPC PPP Kab. Garut selama dua periode dari tahun 1999-2011.
Sebagai anggota DPRD Kab. Garut, H. Dedi menjadi Wakil Ketua DPRD Kab. Garut periode 1999-2004. Kemudian menjadi Ketua DPRD Kab. Garut untuk periode 2004-2009. Kiprahnya di PPP itu, tentu dimulai dari kepengurusan tingkat ranting dan kecamatan.
Sebelum mencalonkan diri mejadi Calon Bupati dari perseorangan, H. Dedi Suryadi tercatat sebagai Wakil Ketua DPW PPP Jawa Barat. Sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan penghormatannya terhadap partai, H. Dedi pun mengundurkan diri dari posisi tersebut. (Firman)***
Diusianya yang kian matang, putra dari pasangan H. Muhamad Sutarsa (alm) dan Hj. Siti Jenab ini menetapkan tekad maju dalam Pilkada Garut, 8 September mendatang, berpasangan dengan wakilnya, H. Deddy Dores Supriyadi.
“Saya memang sudah terbiasa berada tidak jauh dari profesi masyarakat setempat (Cisurupan) yakni pertanian. Sejak usia 12 tahun biasa berangkat ke kebun membantu orang tua. Kadang-kadang juga belajar mencangkul dan lainnya,” kenangnya.
Menurutnya, daerah Garut cocok untuk pertanian. Hampir segala macam pertanian ada di Garut seperti tanaman holtikultura, buah-buahan, dan sebagainya. Apalagi diukung lahan yang luas dan subur. Tidak mengerankan, jika pertanian banyak digeluti masyarakat Garut.
H. Dedi pun membeberkan strateginya untuk memajukan sektor pertanian dan perkebunan Garut. Menurutnya, hampir sama dengan beberapa daerah lain bahwa persoalan utama pertanian adalah permodalan. Tetapi bukan hanya itu, wilayah Garut yang berada di daerah perlintasan jalur ekonomi menjadikan Garut sebagai daerah pinggiran.
Sehingga akses ke pasar kurang bagus. Walaupun punya potensi pertanian yang luar biasa. Akibatnya, pertanian Garut kurang mendapat pasar yang bagus. Terkadang potensi pasarnya kalah oleh darah lain, seperti Pangalangen, Lembang bahkan dari luar Jawa Barat.
“Garut harus berusaha mandiri. Saat ini hanya menjadi pemasok bahan mentah seperti menjual sayur-sayuran, karet, dan lain sebagainya. Sementara, kita kurang menguntungkan lokasinya jadi ongkosnya lebih tinggi. Jadi ke depan, bukan hanya sebagai produsen tetapi pengelola. Tentunya, perlu dukungan teknologi sehingga ada penambahan nilai (dari bahan mentah),” katanya.
Dilanjutkannya, petani memang biasanya tersandung kepada permodalan untuk mengembangkan usahanya. Karena keharusan adanya jaminan untuk mendapatkan permodalan dari lembaga keuangan. Padahal, kekurangan jaminan itu bisa dijamin oleh Pemda. Tidak perlu takut. Bank maupun lembaga keuangan lainnya yang memberikan akses kepada petani harus didukung.
Mengenai kiprahnya dalam dunia politik, H. Dedi menjelaskan, cikal bakalnya sudah digelutinya sejak bangku sekolah utamanya semasa di SMA dan dilanjutkan saat kuliah. Sebagai alumni jurusan planologi, H. Dedi kemudian sempat menjadi PNS di Pemda Garut yang bergelut dalam perencanaan daerah. Namun ternyata lebih tertarik kepada bisnis dan kemudian politik.
“Politik itu bagaimana satu kelompok mempengaruhi kelompok yang lain dalam rangka membuat kebijakan untuk kepentingan publik. Saya lihat perjalan poitik kita belum di sana. Politik masih dilihat sebagai ajang rebutan kekuasan dan meraup keuntungan untuk golongannya masing-masing,” katanya.
Diakuinya, ia merasa bisa bantu masyarakat lebih baik dengan berkecimpung dalam politik. Baru pada tahun 1997 ia melihat ada satu momentum tepat untuk mencoba menceburkan diri di partai politik. Alhasil, H. Dedi terpilih menjadi Ketua DPC PPP Kab. Garut selama dua periode dari tahun 1999-2011.
Sebagai anggota DPRD Kab. Garut, H. Dedi menjadi Wakil Ketua DPRD Kab. Garut periode 1999-2004. Kemudian menjadi Ketua DPRD Kab. Garut untuk periode 2004-2009. Kiprahnya di PPP itu, tentu dimulai dari kepengurusan tingkat ranting dan kecamatan.
Sebelum mencalonkan diri mejadi Calon Bupati dari perseorangan, H. Dedi Suryadi tercatat sebagai Wakil Ketua DPW PPP Jawa Barat. Sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan penghormatannya terhadap partai, H. Dedi pun mengundurkan diri dari posisi tersebut. (Firman)***
0 comments:
Post a Comment