Menelisik Hilir Permasalahan Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Written By Garut Express on Thursday, December 27, 2012 | 9:57 PM
Menelisik Hilir Permasalahan Kesehatan Reproduksi dan Seksual
PERMASALAHAN sosial terkait dengan fungsi reproduksi dan seksual membayangi denyut kehidupan masyarakat masa kini. Perilaku seks pra maupun di luar nikah, berimplikasi terhadap penyebaran penyakit infeksi menular seksual (IMS) seperti gonore (kencing nanah), sifilis (raja singa), klamida, herpes simplex/herpes genital, jengger ayam/kulit kelamin, dan ulukus mole (Chancroid).
Istilah-istilah penyakit tadi mungkin masih asing di telinga Anda. Bagaimana dengan HIV/AIDS? Ya, virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia ini, juga lahir dari perilaku seks bebas. Saat ini, bukan hanya berlaku bagi mereka yang terlibat langsung dalam perilaku seks bebas. Namun juga sudah menyentuh kalangan ibu rumah tangga yang sesungguhnya istri setia. Hal ini bisa terjadi saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya yang sudah terinfeksi HIV/AIDS.
Banyak kemungkinan sang suami terinfeksi HIV/AIDS. Berhubungan seksual dengan wanita yang kerap disebut pekerja seks komersial (PSK) atau wanita malam secara tidak aman. Bisa juga merupakan pengguna narkotika dengan media jarum suntik, transfusi darah, dan lainnya.
Persoalan lainnya dalam kerangka fungsi reproduksi dan seksual dapat dilihat dari kacamata kependudukan. Hasil sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237, 6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 persen per tahun atau 3,5 juta jiwa per tahun. Angka ini merupakan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2000-2012). Meningkat 0,04 persen dibandingkan LPP dekade sebelumnya, tahun 1990-2000.
Padahal, jumlah penduduk yang meningkat tajam menuntut kecukupan pangan, energi, pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, keamanan, dan lainnya. Artinya, menjadi tantangan berat dalam menciptakan pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan.
Kondisi memprihatinkan lainnya, yakni tingginya angka kematian ibu dan bayi, jumlah aborsi yang aman maupun tidak aman, dan kehamilan tidak diinginkan. Ditinjau dari sudut kemanusiaan, tentu sebuah realita yang mengusik hati nurani. Apakah kita harus membiarkan jiwa seorang ibu “terbuang sia-sia” hanya karena belum siap secara fisik dan mental saat melahirkan?
Kesemua persoalan di atas sesungguhnya merupakan hulu dari pemahaman dan implementasi kesehatan reproduksi (Kespro) dan seksual yang masih rendah. Oleh karena itu, menekan atau menghilangkan permasalahan-permasalahan tersebut harus dimulai dari hilir. Dibarengi upaya menangani permasalahan hulu yang sudah kadung merebak. (*)
Oleh : Firman dan Ade Farhan
Related Articles
- UN SD Dihapus Penyediaan Anggaran Ujian Sekolah Ditanggung Provinsi & Kabupaten
- Nasib DOB Garut Selatan Ada di Meja Presiden
- Polres Garut Siaga Ancaman Teroris
- Aceng Siap Buktikan Masih Punya Pendukung Setia
- Disdik Garut Kampanyekan Anti Narkoba
- Bupati Garut Terpilih Sampaikan Komitmen untuk Benahi Pendidikan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment