Home » , » Menangani Kespro tidak Bisa Ditunda Lagi

Menangani Kespro tidak Bisa Ditunda Lagi

Written By Garut Express on Thursday, December 27, 2012 | 9:59 PM

KETUA PKBI Cabang Garut, Drs. H. Uus Kudus, M.Si, (kiri) saat membuka pelatihan jurnalistik kesehatan reproduksi (Kespro) dan Seksual Remaja bagi wartawan, di Hotel Augusta, Rabu - Jumat (19-21/12).

Menangani Kespro tidak Bisa Ditunda Lagi

KESEHATAN bukanlah segalanya. Namun tanpa kesehatan, segalanya tidak berarti. Demikian dikatakan Dr. Gunawan, pegiat Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Jawa Barat, saat menyampaikan materi dalam pelatihan jurnalistik kesehatan reproduksi (Kespro) dan Seksual Remaja bagi wartawan, di Hotel Augusta, Rabu (19/12).

Ungkapan itu, berlaku pula dalam Kespro dan Seksual di kalangan remaja. Data-data yang dikeluarkan lembaga dalam maupun luar negeri menggambarkan kondisi yang miris akan Kespro di tingkat remaja. Layanan kesehatan reproduksi remaja Mitra Citra Remaja PKBI Jawa Barat pada tahun 2011, mencatat sekitar 28% dari 285 remaja di Indonesia telah melakukan aktivitas seksual di luar nikah. Sebanyak 6% diantaranya, dikarenakan dipaksa oleh pasangannya. Sebelumnya pada tahun 2006, Annisa Foundation merilis data penelitian di salah satu kabupaten di Jawa Barat, bahwa 42,3% pelajar SMP dan SMA telah melakukan hubungan seks yang pertama saat duduk di bangku sekolah.

Data lainnnya yang dikeluarkan Directorate General CDC & EH, Ministry of Health, Republic of Indonesia, mengungkapkan bahwa per 31 Desember 2011 terdapat 28.757 kasus HIV/AIDS. Sebanyak 1.069 kasus terjadi pada remaja usia 15-19 tahun. Sedangkan pada remaja usia 20-29 tahun, sebanyak 13.053 kasus. Artinya, 1 dari 2 penderita HIV/AIDS adalah remaja berusia 15-29 tahun.

Gambaran singkat itu, cukup membuat kita harus memberikan perhatian yang serius terhadap penanganan persoalan ini.  Bagiamana mendorong penyediaan informasi dan pelayanan kespro dan seksual yang berperspektif gender dan berbasis hak bagi remaja.

Ketua PKBI Cabang Garut, Drs. H. Uus Kudus, M.Si, saat membuka pelatihan, menjelaskan, mayoritas penduduk Garut yang berada pada usia produktif merupakan tantangan dalam mengatasi persoalan Kespro dan seksual.

Dikatakan ia, PKBI tidak bisa bergerak sendirian mengatasi persoalan ini. Diperlukan juga dukungan pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Sebagai mahluk sosial, remaja hidup dalam sebuah situasi yang penuh dinamika.

Dalam perspektif PKBI, Penanganan Kespro dan seksual remaja tidak bisa dilakukan dengan satu cara. Tetapi disesuaikan dengan kategori remaja. Bagi remaja yang sudah menjadi korban dangkalnya menerima informasi Kespro dan seksual, tentu harus diarahkan kepada jalan untuk melakukan perilaku seksualnya dengan aman. Lebih jauh lagi, idealnya, hingga bisa pada titik untuk berhenti.

Bagi kalangan remaja yang belum terjerumus kepada perilaku seks bebas, harus disampaikan kampanye untuk “abstinen”. Maksudnya, remaja digiring untuk tidak melakukan hubungan seksual.

Namun, menyaiapkan mereka sebagai generasi yang memahami perannya ketika memutuskan untuk melakukan pernikahan. Sehingga akan melahirkan keluarga yang menjalankan fungsi reproduksi dan seksual dengan didasari kesiapan fisik dan mental. Pada akhirnya, laju pertumbuhan penduduk akan dapat dikendalikan. (*)
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Garut Express - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger