Bersama “Mengawal” Remaja
HILIR dari permasalahan Kespro dan seksual terletak pada remaja (usia 12 – 21 tahun). Remaja yang memahami Kespro dan seksual akan menghindarkan mereka dari persoalan-persoalan terkait fungsi reproduksi dan seksual tadi. Kondisi internal dan eksternal remaja akan sangat berpengaruh dalam mewujudkan remaja yang melek Kespro dan seksual.
Dari sudut internal, remaja merupakan masa pancaroba. Pencarian identitas diri dan penuh rasa kepanasaran. Di masa inilah, pertumbuhan fisik sedang dalam tahap tumbuh pesat. Termasuk berkaitan dengan organ fungsi seksual.
Kondisi demikian, dihadapkan pada persinggungan dengan budaya luar yang makin intens. Begitu mudahnya remaja mengakses internet dengan mengkonsumsi konten tidak sehat seperti situs-situs pornografi. belum lagi pergaulan remaja saat ini yang begitu dinamis. Tidak mungkin memingit remaja putri masa kini seperti cerita novel Siti Nurbaya. Kehidupan menuntut mereka untuk luwes dalam pergaulan dengan dunia luar.
Sangat riskan tidak membekali remaja dengan kondisi emosi yang labil menghadapi godaan-godaan kehidupan seperti itu. Remaja harus diberikan informasi yang benar mengenai Kespro dan seksual. Bukan melalui informasi yang datang dari luar yang tidak sesuai dengan budaya dan agama.
Berada di tangan siapakah tugas untuk memberikan informasi yang benar itu? Jawabannya adalah tugas bersama. Keluarga, sekolah, pemerintah, media (elektronik, cetak, dan online), dan segenap komponen bangsa. Peran yang dilakukan masing-masing komponen itu sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Ketika berada dalam keluarganya, remaja merupakan anggota keluarga. Saat belajar atau kuliah, ia merupakan warga sekolah. Begitu bergaul dengan lingkungannya, remaja adalah anggota masyarakat. Sebagai warga negara, remaja merupakan bagian dari subjek dan objek pembangunan yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah. (*)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment