Bank OCBC NISP Peduli Thalassaemia
Written By Garut Express on Thursday, January 31, 2013 | 8:21 PM
Bank OCBC NISP Peduli Thalassaemia
BAYANGKAN sejenak jika kita setiap minggu atau bulan harus transfusi darah. Proses ini harus dijalani seumur hidup! Rasanya, sebulan saja kita tidak akan sanggup menjalaninya.
Namun, sebagian diantara kita harus menjalani hal di atas seumur hidupnya. Mereka tiada lain para penderita thalassaemia. Sebuah kelainan sel darah merah bawaan (turunan/genetik). Akibat kelainan darah tersebut, tubuh penderita tidak dapat membentuk sel darah merah (haemoglobin) yang cukup dalam darah mereka. Sehingga memerlukan transfusi darah seumur hidupnya.
Penderita penyakit bawaan yang tidak pandang status sosial ini harus dihadapkan kepada situasi dilematis. Bukan hanya biaya perawatannya yang besar, namun juga implikasi dari transfusi darah. Karena terlalu sering transfusi darah bisa “menyerang” organ tubuh lain.
Hal ini disebabkan karena para penderita thalassaemia juga mempunyai kendala fungsi limpa yang tidak optimal. Akibatnya kandungan logam yang masuk ke dalam tubuh baik melalui makanan maupun lewat transfusi darah akan menumpuk di organ-organ tertentu, sehingga untuk mengurainya mereka harus diberikan obat kelasi besi dengan cara di suntikan selama 5-7 jam setiap malam setiap hari atau memakan obat oral.
Dari tahun ke tahun, penderita thalassaemia semakin meningkat. Situasi ini tentu tidak bisa dihadapi dengan tinggal diam. Diperlukan langkah bersama semua pihak. Apalagi, di tengah belum memasyarakatnya informasi utuh mengenai thalassaemia. Kebijakan pemerintah pun baru pada tahap merawat penderita yang sudah lahir belum ke tahap pencegahan. Mendengar nama thalassaemia kedengarannya cantik, Padahal menyimpan setumpuk kepiluan bagi penderitanya.
Adalah Bank OCBC NISP yang sejak tahun 2011 memberikan perhatian khusus terhadap thalassaemia. Bukan saja membantu para penderitanya, tetapi juga mengajak semua pihak untuk turun tangan menghadapinya.
Bertempat di Gedung STIKES Garut, Rabu (23/1), manajemen OCBC NISP, diwakili Business Coordinator Kantor Tasikmalaya Bank OCBC NISP, Stefi Sujaya, menyerahkan bantuan berupa biaya pendidikan selama satu tahun kepada 13 anak penderita thalassaemia di Garut. Acara ini dihadiri Pembantu Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES, Ir. Yani Yuliani, Dinas Kesehatan Garut, Kepolisian Resor Garut, Korem 062/Tarumanagara, anggota DPRD Garut, pengurus Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI), Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Kabupaten Garut, serta para tamu undangan dari civitas akademika Uniga, AMIK, STKIP dan beberapa perwakilan sekolah menengah atas.
Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk “My Dreams Come True” ini merupakan insiatif dari seluruh karyawan Bank OCBC NISP untuk dapat berbagi dan peduli kepada anak-anak penderita thalassaemia. Fokus bantuan pada tahun 2013 ini yaitu untuk mewujudkan mimpi anak-anak thalassaemia untuk dapat melanjutkan pendidikan.
Para karyawan OCBC NISP berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp 250.000.000 yang digunakan untuk bantuan biaya pendidikan bagi 101 anak penderita thalassaemia di 9 kota.
Meliputi Jakarta, Tangerang, Bandung, Tasikmalaya, Garut, Medan, Palembang, Semarang, dan Yogyakarta. Tidak hanya berbentuk uang, tetapi juga perlengkapan sekolah, buku bacaan anak-anak, vitamin, serta alat kesehatan lainnya.
Direktur Bank OCBC NISP, Rama P. Kusumaputra, menyatakan, bangga terhadap para orang tua yang senantiasa menemani anak-anak mereka menjalani perawatan setiap harinya. Serta salut kepada anak-anak yang memiliki semangat untuk tetap melanjutkan pendidikan dengan kondisi kesehatan mereka saat ini.
“Khusus untuk para karyawan Bank OCBC NISP, saya juga menyampaikan apresiasi atas kepeduliannya yang tinggi untuk berbagi dengan anak-anaka penderita thalassaemia ini. diharapkan kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang,” katanya. (Firman)***
Memutus Mata Rantai Thalassaemia
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan penderita thalassaemia di Garut cukup merisaukan. Jika pada tahun 2008 hanya tercatat 85 penderita. Sekarang jumlahnya mencapai 241 penderita. Padahal, untuk perawatan setiap penderita memerlukan dana sekira 12 juta rupiah, sehingga dalam sebulan sekitar Rp 3,5 milyar.
Dengan angka yang fantastis itu, upaya pencegahan merupakan hal yang tepat. Menekan angka kelahiran anak penderita thalassaemia. Sama artinya dengan mengindarkan pengeluaran biaya sangat tinggi tadi.
Division Head Corporate Communication OCBC NISP, Tina Tjintawati, usai acara penyerahan bantuan, Rabu (23/1), mengatakan, pihaknya tidak ingin hanya memberikan sumbangan berupa uang. Hanya sesuatu pemberian filantropi dan selesai. Tetapi ingin berkelanjutan. Fokus ke dapan yaitu memutus mata rantai thalassaemia.
“Kami tahu bahwa penyakit ini merupakan penyakit langka. Sehingga belum memasyarakat. Tidak ada obatnya. Bagaimana pencegahannya? Salah satunya melalui screening darah. Karena thalassaemia penyakit genetik (keturunan),” katanya.
Ditambahkan Tina, pihaknya bekerjasama dengan YTI dan POPTI Kabupaten Garut untuk screening (pemeriksaan) darah awal. Seperti ke SMA dan perguruan tinggi karena merupakan kelompok yang paling mungkin segera menikah.
“Jika mereka keduanya merupakan pembawa sifat (thalassaemia) maka kemungkinan setiap angka kehamilan akan mempunyai 25% kelahiran Thalassemia mayor yang harus di tranfusi sebulan sekali atau bahkan 2 minggu sekali tergantung kondisinya seumur hidup. Kita tidak ingin thalassaemia ini bertambah,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Pengurus Harian Yayasan Thalassemia Indonesia Cab. Garut (YTI Garut) yang diwakili Ibu Hj. Lilis Rostina, Ibu Hj. Diana Ratna Inten, SH, Pipin Ramdani dan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Kabupaten Garut, Ended Sobandi, menjelaskan, pihaknya pertama kali bekerjasama dengan Bank OCBC NISP pada tahun 2008. Pihak bank datang ke Garut melihat kondisi penderita thalassaemia.
“Sampai Bank OCBC NISP menyumbang 5 buah tempat tidur. Karena waktu itu, Rumah Sakit dr Slamet Garut cuma menyediakan tempat (ruangan), tetapi tidak menyediakan fasilitas lainnya,” katanya.
Dilanjutkan Pipin, YTI dan POPTI Garut diminta Bank OCBC NISP menggali informasi seputar keinginan anak-anak penderita thalassaemia. Kalau daerah lain umumnya ada yang mengajukan berupa barang. Maka Garut pada saat itu mengusulkan bantuan pendidikan. Perkembangan selanjutnya, model bantuan seperti itu terbukti yang digunakan.
Mengenai upaya memutus mata rantai thalassaemia, Pipin, mengatakan, akan mengadakan screening thalassaemia awal dengan biaya yang jauh lebih murah dari biasanya. Hal itu dikarenakan YTI Garut mengajak seluruh potensi yang ada untuk sama-sama berperan serta dalam event ini. Diantaranya Lab. Diates, dokter ahli spesialis fatologi klinik, Dr. Yuli, dan para relawan analis.
“Tujuan kami, disamping memutus mata rantai. Juga ingin memberikan informasi yang riil dengan angka-angka yang jelas kepada Pemerintah Daerah Garut. Bahwa untuk acara seperti ini angkanya tidaklah terlalu besar. Tetapi akan bisa menghindari kemungkinan kebutuhan (biaya perawatan penderita thalassaemia) yang nantinya jauh lebih besar lagi,” katanya. (Firman)***
Related Articles
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment