Farida Susilawati |
Perempuan Tangguh itu “Farida Susilawati”
DUNIA teknologi informasi memang sedang merajai. Bayangkan saja, sepuluh menit, usai sidang paripurna DPRD Kabupaten Garut yang memakzulkan Bupati Aceng HM Fikri,
beritanya sudah langsung memenuhi situs-situs di internet. Baik di sejumlah berita online, jejaring sosial atau facebook, blogger maupun twitter, begitu pariatif
menyajikan beritanya. Yah, akibat pernikahan singkatnya kepala daerah Pemerintahan Kabupaten Garut itu, telah mengundang perhatian masyarakat luas, sekalipun beredar
rumor bahwa Bupati Aceng menjadi tumbal pengalihan isu di tingkat nasional dari persoalan kasus yang menimpa beberapa penguasa di pemerintah pusat.Tetapi, bagaimana pun
juga resiko politik mesti ditanggung Pemerintahan Garut, sehingga Bupati Aceng mesti terhempas secara politik pula.
Hal menarik, berbagai gejolak dari tahun ke tahun yang menimpa Pemerintah Kabupaten Garut itu sendiri, tentunya kursi di ruang rapat DPRD Garut selain menjadi saksi
bisu dalam setiap kejadian, kursi itu menjadi saksi pula setiap kejujuran maupun tidaknya bagi siapa saja yang mendudukinya.
Dari sekian banyak penghuni gedung wakil rakyat, ada perempuan lembut yang akan mengakhiri karirnya dipenghujung tahun 2013 ini. Nyaris sepuluh tahun, dirinya dipercaya
sebagai kepala sekretariat di gedung bak kawah candra dimuka itu.
Dibalik tutur kata nan santun, kharismatik dan keibuan. Tentunya, ia menjelma sebagai sosok perempuan tangguh dan setia terhadap pekerjaannya. Bayangkan saja, sepanjang
karirnya selain menjadi koki para anggota dewan baik dalam pelayanan administratif maupun kebutuhan politisnya, ia pun senantiasa melayani ratusan atau mungkin ribuan
gelombang aksi selama menjadi sekwan. Jumlah massa pengunjuk rasa pun, selain kerap mencapai ribuan, tentunya pembawaan karakter pengunjuk rasa tersebut ada kalanya
bersikap anarkis. Entah memang memiliki jiwa penyabar atau berusaha pura-pura sabar, pastinya ibu berputra dua ini sudah menjadi icon DPRD Garut. Aktivis atau LSM mana
yang tak bersahabat dengan dirinya. Semua pasti mengenalnya.
Gedung DPRD memang menjadi awal pintu resmi masuk dan keluarnya setiap kepala daerah. Hanya saja selama menjadi sekwan, harus dihadapkan peristiwa pahit kepala daerah
itu sendiri. Sepertinya kejadian terakhir ini, cukup membawa dampak yang berat pula dalam menghadapinya. Soalnya, sepanjang mengenal ibu yang bersahabat ini, baru
pertama kali seharian tidak mengaktifkan telepon selularnya. Hal itu dapat ditafsirkan, ada ketidaktahanan menerima tekanan dari proses politik yang sangat kuat. Bagi
pejabat lain tentunya gak aneh kalau handphonenya tidak aktif atau ganti-ganti nomor, tetapi bagi perempuan yang pernah menjabat Kepala Bagian Hukum ini merupakan
sesuatu yang langka.
Moment dua abad Garut tahun ini, sekalipun masih ada cukup sisa waktu, tentunya menjadi bagian kado terakhir sepanjang karir di eksekutif. Mengingat, apabila karirnya
tidak di perpanjang, pelantikkan Bupati dan Wakil Bupati Garut pada 23 Januari 2014 nanti, ia bukan lagi sebagai tuan rumah di gedung DPRD. Kendati demikian, sosok
perempuan tangguh ini akan tetap menjadi catatan pelaku sejarah dalam peristiwa perjalanan kesekretariatan DPRD Kabupaten Garut.***
0 comments:
Post a Comment