MALANGBONG, (GE),-
Nurdin (40) warga Desa Kutanagara, Kecamatan Malangbong, kini mengalami cacat permanen. Ia tak memiliki lagi bibir bagian bawah. Bibir tersebut putus akibat digigit Teten Junaedi (26), tetangganya yang dianggap masyarakat sebagai orang sakit jiwa.
Perkelahian antara Nurdin dengan Teten berlangsung di Kampung Cimuncang sekitar sebulan lalu. Waktu itu Nurdin sedang mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba muncul Teten manghalangi jalan.
Tanpa sebab Teten tiba-tiba saja menagih uang. "Dikamanakeun duit aing siah?" katanya kepada Nurdin berkali-kali. Nurdin tentu saja heran sebab tak merasa mengambil uang milik Teten. Maka terjadilah perkelahian antara Nurdin dengan Teten.
Teten yang berbadan subur berhasil menghimpit Nurdin dan menggigit bibir Nurdin sekeras-kerasnya. Akibatnya, bibir Nurdin bagian bawah langsung "rumpung".
Darah pun mengucur dan Nurdin harus dilarikan ke rumah sakit.
"Hingga sekarang, Nurdin masih cacat. Ia harus dioperasi plastik," kata Ai, kakak Nurdin.
Menurut Ai, warga umumnya takut dengan Teten sehingga saat perkelahian terjadi tak ada yang mau melerai. "Bahkan warga bersembunyi karena takut dengan Teten," kata Ai.
Ia mengaku bingung dari mana biaya harus mengobati adiknya. "Setelah saya tanya-tanya, operasi plastik ternyata mahal. Kasihan adik saya, kalau tak dioperasi plastik, maka ia akan mengalami cacat sehingga akan menjadi bahan olok-olok warga," keluh Ai.
Teten Dipasung
Sementara itu Ipah (50) tetangga Teten, mengatakan, Teten sebenarnya "bageur". Namun, lanjutnya, ia akan mengamuk bia diolok-olok.
Lepas dari pernyataan Ipah, korban amukan Teten ternyata cukup banyak. Selain Nurdin juga ada Omat. Waktu itu Omat sedang mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba Teten menyergapnya. Beruntung Omat bisa menghindar dan melarikan diri kendati sempat pula beberapa pukulan Teten mendarat di tubuhnya.
Melihat mangsanya kabur, Teten melampiaskan emosinya ke sepeda motor yang ditinggalkan Omat. Sepeda motor itu dirusaknya.
Korban lainnya adalah Aep, paman Teten. Aep sempat dipukuli sehingga telinganya bengkak beberapa hari. Ade Minah pun, saudara Nurdin sempat jadi korban amukan Teten.
Melihat banyak korban, Kepala Desa Kutanegara, Sanusi, langsung mengadakan musyawarah dengan warga untuk menangani Teten. Maka disepakatilah Teten harus dipasung.
"Sudah tiga hari ini anak saya dipasung," kata Dede (55), ibu Teten.
Teten, duda beranak satu ini kini hanya bisa diam di ruangan belakang rumahnya. Kakinnya dipasung dengan kayu dan bambu.
Saat GE mengajaknya ngobrol, ternyata Teten tak tampak seperti yang mengidap penyakit jiwa. Obrolannya nyambung.
"Keuheul atuda sok nyebutan wae gelo," kata Teten saat ditanya mengapa sering mengamuk.
Sementara itu Dede menambahkan, saat masih bujangan Teten susah sekali tidur. "Ia pun suka membunyikan musik dengan volume sangat keras sehingga memekakkan telinga," jelasnya.
Menurut Dede, sebenarnya anaknya jarang mengamuk kalau tidak "diheureuyan" atau tersinggung.
Keterangan lain menyebutkan, Teten sembat dibawa berobat ke daerah Ciamis. Saat itu yang membawa Teten adalah Nurdin, Omat, dan Aep. Namun setelah tiga hari dikarantina, Teten kabur dan kembali lagi ke Malangbong.
Diduga Teten menyimpan Dendam kepada Nurdin, Omat dan Aep sehingga ketiga orang tersebut diamuknya. (Ilham Amir)***
Nurdin (40) warga Desa Kutanagara, Kecamatan Malangbong, kini mengalami cacat permanen. Ia tak memiliki lagi bibir bagian bawah. Bibir tersebut putus akibat digigit Teten Junaedi (26), tetangganya yang dianggap masyarakat sebagai orang sakit jiwa.
Perkelahian antara Nurdin dengan Teten berlangsung di Kampung Cimuncang sekitar sebulan lalu. Waktu itu Nurdin sedang mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba muncul Teten manghalangi jalan.
Tanpa sebab Teten tiba-tiba saja menagih uang. "Dikamanakeun duit aing siah?" katanya kepada Nurdin berkali-kali. Nurdin tentu saja heran sebab tak merasa mengambil uang milik Teten. Maka terjadilah perkelahian antara Nurdin dengan Teten.
Teten yang berbadan subur berhasil menghimpit Nurdin dan menggigit bibir Nurdin sekeras-kerasnya. Akibatnya, bibir Nurdin bagian bawah langsung "rumpung".
Darah pun mengucur dan Nurdin harus dilarikan ke rumah sakit.
"Hingga sekarang, Nurdin masih cacat. Ia harus dioperasi plastik," kata Ai, kakak Nurdin.
Menurut Ai, warga umumnya takut dengan Teten sehingga saat perkelahian terjadi tak ada yang mau melerai. "Bahkan warga bersembunyi karena takut dengan Teten," kata Ai.
Ia mengaku bingung dari mana biaya harus mengobati adiknya. "Setelah saya tanya-tanya, operasi plastik ternyata mahal. Kasihan adik saya, kalau tak dioperasi plastik, maka ia akan mengalami cacat sehingga akan menjadi bahan olok-olok warga," keluh Ai.
Teten Dipasung
Sementara itu Ipah (50) tetangga Teten, mengatakan, Teten sebenarnya "bageur". Namun, lanjutnya, ia akan mengamuk bia diolok-olok.
Lepas dari pernyataan Ipah, korban amukan Teten ternyata cukup banyak. Selain Nurdin juga ada Omat. Waktu itu Omat sedang mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba Teten menyergapnya. Beruntung Omat bisa menghindar dan melarikan diri kendati sempat pula beberapa pukulan Teten mendarat di tubuhnya.
Melihat mangsanya kabur, Teten melampiaskan emosinya ke sepeda motor yang ditinggalkan Omat. Sepeda motor itu dirusaknya.
Korban lainnya adalah Aep, paman Teten. Aep sempat dipukuli sehingga telinganya bengkak beberapa hari. Ade Minah pun, saudara Nurdin sempat jadi korban amukan Teten.
Melihat banyak korban, Kepala Desa Kutanegara, Sanusi, langsung mengadakan musyawarah dengan warga untuk menangani Teten. Maka disepakatilah Teten harus dipasung.
"Sudah tiga hari ini anak saya dipasung," kata Dede (55), ibu Teten.
Teten, duda beranak satu ini kini hanya bisa diam di ruangan belakang rumahnya. Kakinnya dipasung dengan kayu dan bambu.
Saat GE mengajaknya ngobrol, ternyata Teten tak tampak seperti yang mengidap penyakit jiwa. Obrolannya nyambung.
"Keuheul atuda sok nyebutan wae gelo," kata Teten saat ditanya mengapa sering mengamuk.
Sementara itu Dede menambahkan, saat masih bujangan Teten susah sekali tidur. "Ia pun suka membunyikan musik dengan volume sangat keras sehingga memekakkan telinga," jelasnya.
Menurut Dede, sebenarnya anaknya jarang mengamuk kalau tidak "diheureuyan" atau tersinggung.
Keterangan lain menyebutkan, Teten sembat dibawa berobat ke daerah Ciamis. Saat itu yang membawa Teten adalah Nurdin, Omat, dan Aep. Namun setelah tiga hari dikarantina, Teten kabur dan kembali lagi ke Malangbong.
Diduga Teten menyimpan Dendam kepada Nurdin, Omat dan Aep sehingga ketiga orang tersebut diamuknya. (Ilham Amir)***
0 comments:
Post a Comment