DIPERCAYA mujarab bisa menyembuhkan berbagai penyakit, air yang memancar dari tiga mata air di Blok SS, Kampung Sagaranten, Desa Sukasono, Kecamatan Sukawening, kini diburu ribuan orang. Setiap harinya, tempat di mana tiga mata air mujarab tersebut menyembur, dipadati warga, baik yang menderita penyakit maupun yang sehat yang hanya sekedar ingin mencoba air yang "ngageunjleungkeun" tersebut. Tak ayal, Blok SS yang tadinya sepi karena merupakan kawasan hutan dan jauh dari permukiman, sekarang ini tak ubahnya pasar.
Kemujaraban air di Blok SS gaungnya telah sampai ke luar Garut, bahkan ke luar Jawa. Menurut warga setempat, ada orang Kalimantan yang sengaja memesan air ini lewat paket PT. Pos.
Dadang, warga setempat menuturkan, suasana ramai pengunjung sudah berlangsung satu bulan. Dan semakin hari para pengunjung semakin membludak sehingga belakangan ini keramaian di lokasi tiga mata air itu berlangsung hingga 24 jam. "Bahkan air ajaib itu sampai ke Kalimantan dengan jalan dipaketkan melalui kantor Pos," jelas Dadang.
Saat "GE" berada di lokasi pada Sabtu (2/11), tampak ratusan warga antre menunggu giliran mandi di air mujarab itu. Di antaranya ada yang datang dari Kabupaten Bogor, Kabupaten Tasikmalaya, serta Bekasi.
"Saya sengaja datang ke sini untuk merasakan sendiri kemujaraban air Sagaranten. Ketenaran air ini telah sampai ke daerah saya," kata Aceng Rosidin (45) warga Kota Depok.
***
Air yang dianggap mujarab dan diserbu warga tersebut keluar dari tiga mata air yang letaknya "ngariung" atau saling berdekatan. Posisinya tepat di sebelah selatan bak penampungan air untuk pengisian lokomotif saat kereta uap masih beroperasi.
Ada berbagai jalan untuk sampai ke Sagaranten. Bisa ditempuh lewat jalan kabupaten, Pasir Jengkol, atau bisa juga jalan dari Pasar Sukawening. Jaraknya sekitar 700 m dari Pasar Sukawening ke arah utara.
Yang mengherankan warga, meskipun letaknya berdekatan, air yang mengalir dari masing-masing mata air suhunya berbeda-beda: ada yang dingin, hangat dan panas.
“Wah ini benar-benar air ajaib,” kata Aceng Rosidin sembari mengusap-usapkan air dari ketiga mata air itu ke mukanya.
Aceng yang mengaku mengidap penyakit darah tinggi itu berharap, setelah mandi dan minum air dari ketiga mata air tersebut, penyakitnya sembuh. "Saya hampir frustasi karena penyakit saya tak sembuh juga. Mudah-mudahan dengan mandi di air ini, bahkan meminumnya, penyakit saya sembuh," katanya.
Sayang, Aceng tak bisa berlama-lama menikmati kucuran air yang menghebohkan itu. Ia harus segera beranjak ke darat karena ratusan warga yang akan mandi telah antre. "Insya Allah saya ke sini lagi," katanya kepada "GE".
Hal sama ditutrkan Entin (60), warga Kampung Urug, Desa Sukasono. Wanita yang mengaku selalu merasa sakit kepala itu mengaku setelah mandi tiga kali dengan air dari tiga mata air tersebut, sakit kepalanya kini sembuh. Selain itu, penyakit rematik yang mengganggu kaki kanannya hingga kerap "digusur" kalau berjalan itu, hilang sama sekali. "Alhamdulillah panyawat Ema cageur, boh yeri sirah boh rematik,” ujarnya sambil tertawa gembira. (Ilham Amir)***
----------------------
Bermula dari Kesembuhan Nenti
SEBENARNYA ketiga mata air tersebut bukan mata air alami, melainkan mata air buatan, bekas sumur bor. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sukasono, Romli Darmawan mengatakan, ketiga sumber air yang keluar dari dalam tanah itu merupakan air artesis hasil pengeboran PDAM tahun 2000 dengan kedalaman 12 m. Namun waktu itu yang keluar bukan air, malah lelehan cairan kuning seperti oli. "Sumur bor itu dibangun sekitar tahun 2000. Namun karena yang keluar bukan air melainkan lelehan kuning, maka ketiga sumur itu ditinggalkan. Tadinya PDAM berencana mengalirkan air itu ke sejumlah konsumennya," jelas Romli.
Yang mengherankan, sekitar dua bulan lalu, tiba-tiba ketiga sumur bor itu mengeluarkan air dan ditemukan oleh serombongan anak setempat yang sedang berburu layan-layang. Anak-anak itu antara lain Toni, Ramdani, Bule, Eval, Cecep, Fajar, Tedi dan Galih.
"Mereka melihat air bening yang memancar dari sumur pengeboran PDAM. Ketika mereka menghampirinya dan membasuh tangan dan wajahnya, mereka merasa aneh sebab air dari masing masing sumur bor berbeda-beda, ada yang panas, dingin dan hangat," papar Romli.
Romli menambahkan, Toni salah seorang anak penemu air tersebut mungkin bercerita kepada ibunya, Nenti, tentang keanehan air itu. Nenti yang mengidap penyakit diabetes basah dan kakinya yang borok harus diamputasi, mencoba mandi di air tersebut beberapa kali. Yang membuat heran, setelah tiga kali mandi, badan wanita itu terasa sehat. "Bahkan boroknya berangsur sembuh," jelas Ramli seraya mengatakan, dari sanalah "geunjleung" bahwa air di Blok SS bisa menyembuhkan penyakit.
Kini Nenti telah bisa melakukan kegiatannya sehari-hari, yakni menyamak bilik bambu.
Benarkah air yang dianggap mujarab itu bisa menyembuhkan penyakit? Wallohu alam. Namun selain nenti, Amir Rupandi(72) warga Kampung Kaum, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu mengaku, sakit pinggangnya dan sakit kakinya yang tak kunjung sembuh, kini hilang setelah beberapa kali mandi di air Blok SS.
"Setelah dua kali mandi dengan air tersebut, sakit pinggang saya mendadak sembuh. Dan tinggal kaki yang masih terasa semutan," katanya.
Sebagai syukuran karena penyakit pinggangnya sembuh, Amir langsung menamakan air tersebut dengan air barokah, sementara penduduk setempat menyebutnya sebagai pancuran keramat. Namun ada juga yang menyebutnya dengan air ajaib. (Ilham Amir)***
Kemujaraban air di Blok SS gaungnya telah sampai ke luar Garut, bahkan ke luar Jawa. Menurut warga setempat, ada orang Kalimantan yang sengaja memesan air ini lewat paket PT. Pos.
Dadang, warga setempat menuturkan, suasana ramai pengunjung sudah berlangsung satu bulan. Dan semakin hari para pengunjung semakin membludak sehingga belakangan ini keramaian di lokasi tiga mata air itu berlangsung hingga 24 jam. "Bahkan air ajaib itu sampai ke Kalimantan dengan jalan dipaketkan melalui kantor Pos," jelas Dadang.
Saat "GE" berada di lokasi pada Sabtu (2/11), tampak ratusan warga antre menunggu giliran mandi di air mujarab itu. Di antaranya ada yang datang dari Kabupaten Bogor, Kabupaten Tasikmalaya, serta Bekasi.
"Saya sengaja datang ke sini untuk merasakan sendiri kemujaraban air Sagaranten. Ketenaran air ini telah sampai ke daerah saya," kata Aceng Rosidin (45) warga Kota Depok.
***
Air yang dianggap mujarab dan diserbu warga tersebut keluar dari tiga mata air yang letaknya "ngariung" atau saling berdekatan. Posisinya tepat di sebelah selatan bak penampungan air untuk pengisian lokomotif saat kereta uap masih beroperasi.
Ada berbagai jalan untuk sampai ke Sagaranten. Bisa ditempuh lewat jalan kabupaten, Pasir Jengkol, atau bisa juga jalan dari Pasar Sukawening. Jaraknya sekitar 700 m dari Pasar Sukawening ke arah utara.
Yang mengherankan warga, meskipun letaknya berdekatan, air yang mengalir dari masing-masing mata air suhunya berbeda-beda: ada yang dingin, hangat dan panas.
“Wah ini benar-benar air ajaib,” kata Aceng Rosidin sembari mengusap-usapkan air dari ketiga mata air itu ke mukanya.
Aceng yang mengaku mengidap penyakit darah tinggi itu berharap, setelah mandi dan minum air dari ketiga mata air tersebut, penyakitnya sembuh. "Saya hampir frustasi karena penyakit saya tak sembuh juga. Mudah-mudahan dengan mandi di air ini, bahkan meminumnya, penyakit saya sembuh," katanya.
Sayang, Aceng tak bisa berlama-lama menikmati kucuran air yang menghebohkan itu. Ia harus segera beranjak ke darat karena ratusan warga yang akan mandi telah antre. "Insya Allah saya ke sini lagi," katanya kepada "GE".
Hal sama ditutrkan Entin (60), warga Kampung Urug, Desa Sukasono. Wanita yang mengaku selalu merasa sakit kepala itu mengaku setelah mandi tiga kali dengan air dari tiga mata air tersebut, sakit kepalanya kini sembuh. Selain itu, penyakit rematik yang mengganggu kaki kanannya hingga kerap "digusur" kalau berjalan itu, hilang sama sekali. "Alhamdulillah panyawat Ema cageur, boh yeri sirah boh rematik,” ujarnya sambil tertawa gembira. (Ilham Amir)***
----------------------
Bermula dari Kesembuhan Nenti
SEBENARNYA ketiga mata air tersebut bukan mata air alami, melainkan mata air buatan, bekas sumur bor. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sukasono, Romli Darmawan mengatakan, ketiga sumber air yang keluar dari dalam tanah itu merupakan air artesis hasil pengeboran PDAM tahun 2000 dengan kedalaman 12 m. Namun waktu itu yang keluar bukan air, malah lelehan cairan kuning seperti oli. "Sumur bor itu dibangun sekitar tahun 2000. Namun karena yang keluar bukan air melainkan lelehan kuning, maka ketiga sumur itu ditinggalkan. Tadinya PDAM berencana mengalirkan air itu ke sejumlah konsumennya," jelas Romli.
Yang mengherankan, sekitar dua bulan lalu, tiba-tiba ketiga sumur bor itu mengeluarkan air dan ditemukan oleh serombongan anak setempat yang sedang berburu layan-layang. Anak-anak itu antara lain Toni, Ramdani, Bule, Eval, Cecep, Fajar, Tedi dan Galih.
"Mereka melihat air bening yang memancar dari sumur pengeboran PDAM. Ketika mereka menghampirinya dan membasuh tangan dan wajahnya, mereka merasa aneh sebab air dari masing masing sumur bor berbeda-beda, ada yang panas, dingin dan hangat," papar Romli.
Romli menambahkan, Toni salah seorang anak penemu air tersebut mungkin bercerita kepada ibunya, Nenti, tentang keanehan air itu. Nenti yang mengidap penyakit diabetes basah dan kakinya yang borok harus diamputasi, mencoba mandi di air tersebut beberapa kali. Yang membuat heran, setelah tiga kali mandi, badan wanita itu terasa sehat. "Bahkan boroknya berangsur sembuh," jelas Ramli seraya mengatakan, dari sanalah "geunjleung" bahwa air di Blok SS bisa menyembuhkan penyakit.
Kini Nenti telah bisa melakukan kegiatannya sehari-hari, yakni menyamak bilik bambu.
Benarkah air yang dianggap mujarab itu bisa menyembuhkan penyakit? Wallohu alam. Namun selain nenti, Amir Rupandi(72) warga Kampung Kaum, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu mengaku, sakit pinggangnya dan sakit kakinya yang tak kunjung sembuh, kini hilang setelah beberapa kali mandi di air Blok SS.
"Setelah dua kali mandi dengan air tersebut, sakit pinggang saya mendadak sembuh. Dan tinggal kaki yang masih terasa semutan," katanya.
Sebagai syukuran karena penyakit pinggangnya sembuh, Amir langsung menamakan air tersebut dengan air barokah, sementara penduduk setempat menyebutnya sebagai pancuran keramat. Namun ada juga yang menyebutnya dengan air ajaib. (Ilham Amir)***
0 comments:
Post a Comment