Home » , » Krisis Ekonomi Eropa Pengaruhi Penurunan Pendapatan Perajin Minyak Akarwangi

Krisis Ekonomi Eropa Pengaruhi Penurunan Pendapatan Perajin Minyak Akarwangi

Written By Garut Express on Monday, December 17, 2012 | 6:27 AM

Krisis Ekonomi Eropa
Pengaruhi Penurunan Pendapatan Perajin Minyak Akarwangi

SAMARANG, (GE).- Krisis ekonomi Eropa yang belum juga berakhir membuat harga minyak akar wangi Indonesia terus anjlok. Hal ini disebabkan berbagai perusahaan parfum dan kosmetik di Eropa yang selama ini menjadi konsumen tetap minyak akar wangi Indonesia mengurangi angka pemesanannya.

Produsen minyak akar wangi sekaligus Ketua Koperasi Akar Wangi Kabupaten Garut, Ede kadarusman, mengatakan harga minyak akar wangi saat normal mencapai Rp 1,3 juta per kilogram. Namun, sejak Juni 2012, harganya turun menjadi Rp 800 ribu per kilogram.

"Banyak perusahaan Eropa yang mengurangi pembeliannya atas minyak akar wangi. Padahal, produksi terus jalan seperti biasa. Akhirnya, barang jadi banyak dan harga melemah," kata Ede saat ditemui di pabrik minyak akar wanginya di Kampung Legokbulus, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Senin (10/12).

Akibatnya, kata Ede, harga tanaman akar wangi hasil panen anjlok menjadi Rp 2.000 per kilogram dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 5.000 per kilogram. Sekitar 10 ribu petani akar wangi yang menggarap 2.400 hektare lahan pun mengalami kerugian. Sebab, mereka harus menjual akar wangi dengan harga rendah sedangkan mereka pun harus tetap memberi upah buruh taninya.

"Saya harap pada Maret atau April harga minyak akar wangi akan kembali normal, sesuai perkiraannya. Karena, penurunan harga ini mengancam produksi minyak akar wangi," ucapnya.

Menurut Ede yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Minyak Atsiri Jabar dan Anggota Dewan Atsiri Indonesia ini, hanya Kabupaten Garut yang memeroduksi minyak akar wangi di Indonesia. Di lima kecamatan penghasil minyak akar wangi, yakni Kecamatan Samarang, Pasirwangi, Bayongbong, Cilawu, dan Leles, terdapat 2.400 hektare ladang akar wangi.

Dari lahan yang digarap sekitar 10.000 petani dan 24.000 buruh tani tersebut, ucapnya, akar wangi disuling di 30 pabrik penyulingan. Setiap tahun, Kabupaten Garut atau Indonesia menghasilkan 50-60 ton minyak akar wangi. Sebagian besar, ucapnya, diekspor ke Perancis, Jerman, Belanda, India, Amerika Serikat, Jepang, dan sejumlah negara di Timur Tengah.

Menurut Ede, Indonesia atau Kabupaten Garut merupakan penghasil minyak akar wangi terbesar kedua di dunia setelah Haiti. Menurut Ade, kualitas minyak akar wangi Garut merupakan yang terbaik di dunia pada tahun 70-an. Kini, Haiti melesat merebut gelar tersebut.

Ucapnya, hal ini disebabkan Perancis memberikan pembinaan intensif kepada para pengusaha dan petani akar wangi di Haiti melalui moderenisasi alat dan pengunggulan bahan baku. Ede mengatakan pemerintah sudah memberi banyak bantuan kepada para pengusaha dan petani akar wangi. Namun, dirinya tetap berharap pemerintah mampu membuat minyak akar wangi asal Indonesia menjadi nomor satu di dunia kembali.

Setiap hari, Ede mamproduksi sekitar 10 kilogram minyak akar wangi dari 3 ton akar wangi yang disuling selama 24 jam. Artinya, kata Ede, dibutuhkan 90 ton akar wangi per bulan yang dihasilkan dari 100 hektare lahan penanaman akar wangi.

Ede mengatakan membutuhkan Rp 1,5 juta untuk biaya sekali produksi minyak akar wangi. Dirinya hanya bisa meraup untung 5-10 persen dari hasil penjualan.

Penanaman akar wangi bernama Latin Vetiveria zizanioides ini dimulai pada 1918 di Kampung Legokbulus. Penanaman dan pembuatan minyak akar wangi ini dipelopori oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ede merupakan generasi ke empat produsen minyak akar wangi di Garut. (Dian)***
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Garut Express - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger