CIBIUK, GE,- Yayasan Assalafiah berdiri pada tahun 1990. Pada awal berdirinya hanya bergerak dalam kegiatan sosial yang mengembangkan program kegiatan bakti sosial dengan mengadakan Lembaga Sosial, seperti Panti Asuhan yang mengadopsi Anak-anak Yatim dan anak-anak Kaum Dhuafa. Seiring dengan waktu, yayasan ini juga mendirikan lembaga pendidikan formal mulai dari MI, SMPI, MA dan SMK. Lembaga pendidikan yang didirikan itu ternyata mengalami perkembangan yang cukup pesat, setiap tahun jumlah siswanya selalu bertambah. Namun sayang hal ini tidak ditunjang dengan kelengkapan sarana dan prasarana. Akibatnya sungguh memprihatinkan, para siswa harus belajar bergiliran pagi dan siang dengan mengambil tempat di teras dan ruangan masjid.
“ Memang, pertama berdirinya Yayasan Assalafiah, kegiatannya terfokus pada kegiatan sosial, seperti bergerak dalam bidang Panti Asuhan. Waktu itu, Yayasan kami memiliki 4 ruangan pondok yatim yang hanya merawat 9 orang anak yatim dan dhuafa. Dan Alhamdulillah sekarang, ada 97 orang yang dibina di lembaga sosial Yayasan Assalafiah. Mereka terdiri dari anak-anak yatim dan anak-anak Dhuafa, diantaranya dari Bogor, Bekasi Banten, Karawang dan Jawa Tengah,” kata Pimpinan Yayasan Assalafiah, K.H. Ujang Hasanudin, SPd.I.
KH Ujang menjelaskan, meski tidak melakukan promosi setiap tahun jumlah siswa yang mendaftarkan diri di sekolah- sekolah Yayasan Assalafiah terus meningkat. Terbukti, MA Assalafiah yang saat berdiri tahun 2004 jumlahnya hanya 27 orang, di tahun 2013 ini menjadi 130 siswa yang terbagi ke dalam 5 rombel.”Saat kami mendirikan MI, SMP dan SMK peminatnya juga cukup bagus, saat ini murid MI sebanyak 220 siswa, SMP 140 siswa dan SMK 50 siswa,” jelasnya
Sayangnya lanjut KH Ujang, tingginya animo masyarakat tak diimbangi dengan fasilitas belajar yang memadai, sehingga karena belum memiliki ruangan siswa MA dan SMK harus menumpang di SD dan MI yang ruangan kelasnya juga terbatas. “Untuk memmenuhi semuanya minimal kami masih membutuhkan 9 RKB, belum lagi hingga saat ini kami juga belum memiliki fasilitas penunjang belajar lainnya seperti, ruang guru,perpustakaan, tata usaha dan sarana olahraga, akibatnya 35 orang tenaga pendidik dan kependidikan di yayasan kami harus bekerja dengan suasana yang kurang nyaman,” keluhnya
Karena keterbatasan dana yang dimiliki yayasan, KH Ujang berharap pemerintah bisa mengulurkan tangan dengan memberikan bantuan agar masyarakat memperoleh hak – haknya dalam pendidikan. “Kasihan masyarakat di sini animo belajarnya cukup tinggi, meski sudah ada BOS dan bantuan rehabilitasi bangunan, kami masih sangat membutuhkan RKB, apalagi kami masih memiliki lahan yang luas sekitar 1 ha untuk lokasi bangunan, karenanya kami sangat berharap pemerintah secepatnya memberikan bantuan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB),” harapnya. *** (Ilham Amir/Takur)
“ Memang, pertama berdirinya Yayasan Assalafiah, kegiatannya terfokus pada kegiatan sosial, seperti bergerak dalam bidang Panti Asuhan. Waktu itu, Yayasan kami memiliki 4 ruangan pondok yatim yang hanya merawat 9 orang anak yatim dan dhuafa. Dan Alhamdulillah sekarang, ada 97 orang yang dibina di lembaga sosial Yayasan Assalafiah. Mereka terdiri dari anak-anak yatim dan anak-anak Dhuafa, diantaranya dari Bogor, Bekasi Banten, Karawang dan Jawa Tengah,” kata Pimpinan Yayasan Assalafiah, K.H. Ujang Hasanudin, SPd.I.
KH Ujang menjelaskan, meski tidak melakukan promosi setiap tahun jumlah siswa yang mendaftarkan diri di sekolah- sekolah Yayasan Assalafiah terus meningkat. Terbukti, MA Assalafiah yang saat berdiri tahun 2004 jumlahnya hanya 27 orang, di tahun 2013 ini menjadi 130 siswa yang terbagi ke dalam 5 rombel.”Saat kami mendirikan MI, SMP dan SMK peminatnya juga cukup bagus, saat ini murid MI sebanyak 220 siswa, SMP 140 siswa dan SMK 50 siswa,” jelasnya
Sayangnya lanjut KH Ujang, tingginya animo masyarakat tak diimbangi dengan fasilitas belajar yang memadai, sehingga karena belum memiliki ruangan siswa MA dan SMK harus menumpang di SD dan MI yang ruangan kelasnya juga terbatas. “Untuk memmenuhi semuanya minimal kami masih membutuhkan 9 RKB, belum lagi hingga saat ini kami juga belum memiliki fasilitas penunjang belajar lainnya seperti, ruang guru,perpustakaan, tata usaha dan sarana olahraga, akibatnya 35 orang tenaga pendidik dan kependidikan di yayasan kami harus bekerja dengan suasana yang kurang nyaman,” keluhnya
Karena keterbatasan dana yang dimiliki yayasan, KH Ujang berharap pemerintah bisa mengulurkan tangan dengan memberikan bantuan agar masyarakat memperoleh hak – haknya dalam pendidikan. “Kasihan masyarakat di sini animo belajarnya cukup tinggi, meski sudah ada BOS dan bantuan rehabilitasi bangunan, kami masih sangat membutuhkan RKB, apalagi kami masih memiliki lahan yang luas sekitar 1 ha untuk lokasi bangunan, karenanya kami sangat berharap pemerintah secepatnya memberikan bantuan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB),” harapnya. *** (Ilham Amir/Takur)
Guru saya akang sama mang rahmat
ReplyDelete