![]() |
ROBI Sugara (2,5), saat digendong ibu kandungnya, Otas (40), di kediamannya Kampung Wates, Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Kamis (21/3).* |
Penyakit Thalasemia Terus Gerogoti Robi Sugara
SELAAWI, (GE).- Penyakit Thalassemia sampai saat ini masih belum ditemukan formulasi pengobatannya. Untuk bertahan hidup, para penderita thalassemia hanya bisa mengandalkan pada transfusi darah. Seperti batrai yang harus di cash, penderita thalassemia harus rutin transfusi darah untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Sementara itu, biaya transfusi darah yang harus dikeluarkan jumlahnya tidak sedikit. Para penderita thalassemia harus merogoh kocek atara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, setiap kali melakukan transfusi darah. Padahal, banyak penderita thalassemia dari kalangan masyarakat kurang mampu.
Salah satu contoh, Robi Sugara (2,5), Balita yang sedang mengalami masa pertumbuhan itu, kini ia harus berkutat dengan penyakit yang dideritanya. Orang tua Robi, yang berprofesi sebagai buruh serabutan dengan gigih terus memperjuangkan kelangsungan anak ke 12-nya itu.
Kini kondisi kesehatan Robi semakin memburuk. Pasalnya selain menderita penyakit thalassemia, Robi juga mengalami komplikasi penyakit ginjal dan paru-paru. Sehingga kondisi fisiknya semakin menurun.
Orang tua Robi, Adis (45), mengaku tak bisa berbuat banyak melihat kondisi anak paling bontotnya menderita penyakit ganas thalassemia. Menurutnya, untuk menutupi kebutuhan biaya pengobatan anaknya itu, Adis harus memberanikan diri pinjam uang sana-sini. Pasalnya, kata Adis, jika tidak melakukan transfusi rutin sduah pasti anaknya akan terus mengerang kesakitan disertai tubuh yang lemas dan wajah pucat pasi.
"Kalau hemoglobin darahnya sedang turun, harus cepat-cepat melakukan transfusi darah. Kalau tidak, mungkin nyawanya tak akan tertolong lagi," kata Adis, Kamis (21/3).
Adis mengaku bingung memikirkan biaya berobat anaknya. Pasalnya penghasilannya yang tak menentu memaksa ia harus mencari pinjaman tiap bulannya.
Masalah yang dihadapi oleh Adis, ternyata tak berhenti sampai di situ saja. Ketersediaan tabu darah di Palang Merah Indonesia (PMI) sering kali kehabisan. Jadi, untuk bisa ditransfusi, ia harus mencari tabu darah hingga ke Tasikmalaya atau ke Bandung.
Padahal, menurut keterangan dokter yang merawat anaknya di RS. sumsum tulang belakang, Robi harus secepatnya dioperasi. Jika sudah mencapai umur 15 tahun, maka kondisinya sudah semakin sulit untuk dilakukan operasi.
Untuk itu, ia berharap agar ada orang yang mau menolongnya. Saat ini ia hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan semoga ada orang-orang yang terketuk hatinya untuk membantu membawa anaknya berobat ke rumah sakit yang bisa menyembuhkan penyakit anaknya tersebut.
Sementara itu, ibu kandung Robi, Otas (40), menambahkan dalam satu bulan, Robi harus melakukan transfusi. Robi pertama kali diketahui mengidap thalassemia sejak berusia satu setengah bulan. Saat itu, orang tuanya melihat wajah anaknya sangat pucat dan tubuhnya lemas.
Ibu 12 orang anak ini, lalu membawa anaknya ke Puskemas Limbangan kemudian dirujuk ke dokter wijaya di Rumah Sakit Guntur. Pihak dokter lalu merujuk lagi Robby ke Rumah sakit Umum dr. Slamet.
"Awalnya, belum terdeteksi kalau Robi mengidap Thalassemia. Saat itu, ia dikira mengidap penyakit biasa. Namun, begitu dilakukan tes hasilnya robi mengidap thalassemia. Barulah didiagnosa kalau Robi mengidap thalassemia dan pihak poli klinik anak segera merujuknya ke Rumah sakit Slamet dan dirawat selama 1 hari," kata Otas, di rumahnya, Kampung Cianten, Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Kamis (21/3).
Selain mengidap penyakit thalassemia, kata Otas, dokter di RSU. dr. Selamet Garut, menditeksi jika Robi mengidap penyakit paru-paru dan ginjal. Meski terasa berat menerima anaknya menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun Otas tampak tegar menghadapi cobaan. (Dian)***
0 comments:
Post a Comment