PERANGKAT Desa Caringin didampingi anggota Koramil Sukawening menghitung data kerugian akibat longsor di Kampung Cirateun, Desa Caringin, Kecamatan Karangtengah.* |
Sudah Tiga Minggu Korban Longsor Tinggal di Masjid
BENCANA longsor yang menimpa Kampung Cirateun Dua RT.04, RW 06, Desa Caringin, Kecamatan Karangtengah pada Selasa (4/12) hingga kini masih menyisakan duka mendalam bagi para korban yang rumahnya rusak berat. Telah tiga minggu longsor tersebut terjadi, akan tetapi hingga kini mereka masih "katalangsara".
Seperti diberitakan, dalam peristiwa itu empat rumah mengalami rusak berat sehingga harus dibangun kembali, sementara empat rumah lainnya rusak ringan.
Yang menyedihkan, para penghuni empat rumah yang rusak berat kini terpaksa "nyiruruk" di masjid yang ada di kampung itu, yakni Masjid Jami Darul Iman yang berjarak 50 meter dari lokasi kejadian. Ada 26 orang yang tinggal di masjid tersebut. Rumah tak bisa ditinggali lagi, mereka terpaksa mengungsi ke masjid dan melaksanakan kegiatan sehari-hari di rumah Allah tersebut.
Keluarga Ina (48) misalnya. Istri dan tiga anaknya tinggal dimasjid tersebut bergabung bersama 23 korban lainnya, sementara Ina sendiri tinggal di saung di pinggir rumahnya yang hancur.
"Tangtos we teu bebas di masjid mah da bilih barudak ngompol atawa naon we anu ngabatalkeun kasucian wudu," kata Ina.
Rumah Ina kini belum selesai dibangun. Begitu pula tiga rumah lainnya. Ina sendiri bisa dikatakan keluarga tak mampu. Untuk menutupi kehidupan sehari-hari ia hanya menjadi buruh tani seperti mencangkul sawah atau kebun.
Menurut Ina, sejak peristiwa longsor terjadi, ia dan para korban memang telah mendapatkan berbagai bantuan. Di antaranya uang Rp 400.000 dari PNPM Mandiri Kecamatan Karangtengah. Bantuan lainnya di antaranya dari Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi berupa 1 lembar tikar plastik, dua Karung beras dengan isinya 15 kg/karung, perkakas dapur yang terdiri dari setengah lusin sendok, mangkok dan piring serta satu termos air. Sumbangan lainnya satu dus mie instan, 10 kaleng sardent, 10 bungkus biskuit dan 10 helai baju dalam.
Sedangkan, untuk tiga anaknya yang masih duduk di SD ada sumbangan dua stel seragam sekolah.
"Alhamdulillah eta bantosan teh katampi pisan. Nanging tetep we bingung, ti mana biaya kanggo ngadegkeun deui rorompok?" ujar Ina.
Sementara itu Ketua RT 04 Kampung Cirateun, Ajum Suryana, mendesak pemerintah agar segera memberikan bantuan bahan rumah sederhana kepada para korban.
"Saya mengharapkan sekali bantuan dari pemerintah bukan sekedar sembako, tapi tolong dengan perbaikan rumahnya. Kasihan para korban kini tinggal di masjid," jelasnya.
Ajum menambahkan, empat rumah yang rusak berat dalam peristiwa longsor, selain milik Ina juga milik Dedi, Dadang dan Syaripudin. Dedi memiliki 10 anak, 6 anaknya masih duduk di bangku SD dan satu putranya duduk di Kelas I SMP.
Kaur Pemerintahan Desa Caringin, Edi Ependi, S.Pd, didampingi anggota Koramil Sukawening, Pairun, menuturkan, bencana longsor di Cirateun bukan kali ini saja terjadi. Bahkan setiap tahun, katanya, terutama setiap musim hujan, longsor selalu terjadi. Akibatnya, 36 keluarga yang tinggal di Cirateun selalu dalam kondisi cemas setiap kali hujan datang. "Mereka tak enak tidur karena khawatir saat tidur pulas longsor terjadi," jelasnya.
Ia juga berharap agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut segera menurunkan tim survei ke Cirateun. Hal itu diperlukan agar diketahui layak tidaknya Cirateun dijadikan lokasi permukiman.
"Jika menurut survei Cirateun dinyatakan tak layak untuk permukiman, maka kami akan segera mengajukan relokasi," jelasnya. (Ilham Amir)****
0 comments:
Post a Comment