Home » , » Spiritualitas Peran Ibu Dalam Kehidupan

Spiritualitas Peran Ibu Dalam Kehidupan

Written By Garut Express on Monday, December 31, 2012 | 6:10 AM

Oleh : Rohmat Aripin S.IP. M.Si.
Spiritualitas Peran Ibu Dalam Kehidupan

    Kita semua terlahir dari rahim seorang wanita yang biasa kita panggil dengan sebutan ibu. Banyak ungkapan filosofi tentang kebesaran jiwa seorang wanita atau ibu, seperti wanita adalah ibunya manusia, surga ada di telapak kaki ibu, kasih ibu sepanjang jalan sementara kasih anak sepanjang penggalan, keberhasilan seorang suami dalam mencapai puncak karir, disampingnya ada peran besar secara mental spiritual seorang wanita atau ibu dan lain sebagainya. Selain bisa berperan sebagai pemimpin dalam keluarga, ibu pun bisa ikut mencetak dan mendidik anak-anaknya agar berakhlak mulia dan bisa berbakti kepada bangsa, negara dan agama.

Memang begitu mulia kedudukan seorang ibu dalam kehidupan kita. Ikatan batin secara gemain schaff antara ibu dan anak tak akan bisa dilepaskan sampai kapanpun, hingga penderitaan seorang anak kerap akan pula dirasakan oleh seorang ibu. Bahkan dogma agama pun jelas menyatakan bahwa durhaka kepada ibu, laknatnya akan terasa tidak hanya ketika sudah mati, namun akan diperlihatkan ketika masih hidup di dunia, hingga dalam istilah Sunda duhaka kepada ibu suka “hese ngarah sarat” .Nauzubillah!. Oleh Karena itu, menghormati, berbuat baik, membuatnya dia tersenyum, mencium dan membersihkan kaki ibu minimal sekali dalam setahun adalah sebuah keniscayaan, sebagaimana fiman Alloh “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua, ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah , dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu (Luqman : 14).

Penulis sempat ingat kata-kata ibu ketika masih hidup yaitu “ibu kandung itu tidak akan ada gantinya, hanya satu kali dalam seumur hidup, silakan cari hingga ke ujung dunia, ibu yang benar-benar sebagai ibu sejati, dijamin tak akan menemukan!”. Ibu sejati dalam hidup kita hanyalah ibu yang telah mengandung dan melahirkan kita. Kalaupun ada gantinya hanyalah ibu angkat dan ibu tiri, yang secara batiniah tetap tidak akan sama. Selalu ada embel-embel kekurangan. Penulis sempat memiliki pengalaman spiritual, ketika masih remaja suka ikut-ikutan berdagang kecil-kecilan setiap pulang sekolah. Hasilnya lumayan buat uang saku. Ketika akan berangkat dagang selalu minta doa agar dagangan laris, dan hasilnya benar saja laris. Namun ketika berangkat tidak minta doa dan malah berangkat dengan merajuk (Sunda : ngadat atawa rungsing), maka seketika itu juta dagangan tersebut tak laku.

Dalam konteks kenegaraan dan kebangsaan, Raden Ajeng Kartini dan Raden Dewi Sartika merupakan dua diantara sekian banyak ibu yang sangat besar jasanya terhadap bangsa dan negara. Hingga keduanya layak diberi gelar pahlawan nasional. Dalam konteks yang lebih luas peran ibu tak sebatas dalam dunia rumah tangga. Ada ibu yang menjadi Menteri, Direktur Utama, Bupati, Gubernur bahkan ada pula ibu yang sempat menjadi Presiden. Hal ini menunjukka bahwa peranan wanita kini tak kalah penting dengan kaum pria, hingga jika ada wanita menjadi Bupati, Wali Kota dan Gubernur merupakan sesuatu yang tidak terlalu aneh.

    Ketika era orde baru peran wanita mulai bangkit yaitu di era kepemimpinan Presiden Soeharto dengan menempatkan seorang ibu sebagai Menteri di Kabinetnya, yaitu (Alm.) Ny Lasiah Sutanto sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita    , Nyonya Siti Haryati Soebadio dan Rd. Endang Kusuma Inten Suweno yang masing sebagai Menteri Sosial, namun di era Kabinet yang berbeda. Upaya mengangkat kesamaan harkat kaum wanita dengan kaum pria ketika itu dinamakan emansipasi. Namun di era reformasi namanya kesetaraan gender. Pada kabinet Indonesia bersatu jilid 2 pun, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terdapat Menteri Wanita seperti Nyonya Linda Agum Gumelar sebagai Menteri Urusam Pemberdayaan Perempuan dan Nyonya Mari Elka Pangestu sebagai Menteri Priwisata dan Ekonomi Kreatif.

    Wanita pun banyak yang cerdas dan pintar dalam dunia politik dan kenegaraan. Pengakuan terhadap kepemimpinan dan kecerdasan seorang ibu dalam memimpin lembaga tinggi pemerintahan sekelas Menteri pun tidak hanya ada di Indonesia. Di Perancis misalnya. Dalam Pemerintahan Kabinet Presiden Nocolas Sarkozy periode 2007-20012, terdapat ibu-ibu yang menempati posisi Menteri sebanyak 7 (tujuh) orang. Keberadaan perempuan dalam kabinet Perancis memang bukan hal yang baru. Setiap kali pergantian kepemimpinan di negeri Menara Eifel tersebut selalu ada sejumlah perempuan yang memegang pos-pos penting dalam kabinet.

    Malahan yang lebih mencengangkan lagi dalam kepemimpinan Presiden Perancis Francois Hollande (periode 2012-2017) setengah dari anggota kabinetnya yaitu 17 (tujuh belas) orang adalah ibu-ibu dari jumlah 34 Menteri. Contoh 3 (tiga) orang diantara 17 Menteri wanita dalam kabinet Presiden Hollande, pertama Christiane Taubira sebagai Menteri Kehakiman, kedua Marisol Tauraine sebagai Menteri Sosial dan Kesehatan dan ketiga Cecile Duflot sebagai Menteri Menteri Negara Perumahan Rakyat. Wanita berkarir dalam bidang usaha (bisnis), politik dan pemerintahan merupakan sesuatu yang tidak dilarang, namun dengan tetap tidak meninggalkan kodrat sebagai seorang ibu.

    Begitu pentingnya peran ibu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hingga Pemerintah membentuk secara khusus, lembaga keibuan atau kewanitaan yang dikelola oleh seorang ibu pejabatnya. Menghormati seorang ibu atau wanita bisa dimana saja, seperti di dalam bis. Manakala bis tersebut penuh kemudian terdapat seorang ibu atau wanita yang terpaksa berdiri Karena tak kebagian tempat duduk, alangkah bijaksananya kita sebagai kaum lelaki untuk mempersilakannya duduk.

Namun kemuliaan seorang ibu pun terkadang dianggap sebelah mata oleh anaknya, hingga terasa sakitnya manakala sang ibu telah wafat. Peran dan ketokohan seorang ibu dalam kehidupan sangat penting dan berharga, oleh karena itu seorang ibu sangat berhak memperoleh hak-haknya dari kita seperti penghormatan dan perlakuan lebih.

    Memperingati hari ibu setiap tanggal 22 Desember tiap tahun merupakan momentum untuk mengingat jasa-jasa ibu kita yang tak mungkin bisa dibayar hingga akhir hayat. Peran ibu ikut mewarnai segala sisi kehidupan di dunia. Ibu-ibu hebat kerap bermunculan dengan segudang ide baiknya, hingga melambungkannya menjadi wanita hebat di tengah-tengah kaum pria. Spiritualitas peran ibu dalam kehidupan tidak patut untuk dipertanyakan. Namun yang patut dipertanyakan adalah sudah sejauh manakah kita bisa menghargai peran ibu kita?. Selamat Hari Ibu...

Penulis : Pemerhati Sosial, Budaya, Politik dan Ekonimi, Alumni Pasca Sarjana Universitas Garut.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Garut Express - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger