![]() |
H. Ulan Saefuloh, |
Ketua yayasan Subulussalam
Bangkitkan Budaya Gotong Royong
CIBATU,(GE).- Membangkitkan budaya gotong royong sangat perlu untuk dilakukan. Pasalnya, pergeseran zaman dan derasnya arus globalisasi dewasa ini harus diakui secara perlahan telah mengikis budaya luhur bangsa Indonesia. Untuk itu, semua pihak terutama masyarakat harus tetap berupaya untuk membangkitkan kembali budaya gotong royong di daerah.
Demikian disampaikan salah seorang tokoh masyarakat penasihat BPMC (Badan Pembangunan Masyarakat Cigaluh), Kampung Cigaluh, Desa Mekarsari, H. Ulan Saefuloh, Jumat (14/12) di sela-sela kegiatan kerja bakti pembangunan madrasah diniyah Al-Makmur. “Sesulit apapun masalah yang dihadapi akan lebih mudah diselesaikan dengan semangat gotong royong. Budaya gotong royong terutama bagi masyarakat di desa harus bisa bangkit kembali seperti dahulu,” ujarnya.
Ulan Saefuloh yang juga menjabat Ketua Yayasan Subulussalam, Desa Mekarsari menuturkan, saat ini diakui atau tidak semangat gotong royong di masyarakat sudah mulai hilang. Namun, harus diyakini bahwa semangat gotong royong akan kembali bergema jika seluruh masyarakat khsusunya di Kabupaten Garut menyadari betapa pentingnya hidup bergotong royong.
“Jika semangat gotong royong bisa kita bangkitkan lagi, maka saya sangat yakin hari esok yang lebih baik sudah ada di depan kita,” tuturnya.
Pria kelahiran 5 Juni 1955 silam ini mengungkapkan, menjalin persaudaraan dan kekeluargaan serta membangun kerjasama sesama masyarakat desa harus digelorakan agar budaya gotong royong tetap terjaga. Seperti yang dilakukannya, meskipun di sibukkan dengan pekerjaan di Jakarta, namun hal itu tidak membuatnya lari dari tanggung jawab sosial selaku masyarakat daerah.
“Saya selalu aktif dalam menggagas dan melakukan berbagai kegiatan sosial demi keharmonisan dalam bermasyarakat. Salah satunya menggagas pembangunan madrasah diniyah ini. Masyarakat manapun yang melestarikan dan mengamalkan prinsip gotong royong pasti akan sejahtera. Gotong royong tidak hanya sekadar budaya yang harus dipertahankan, tetapi ada nilai-nilai positif yang bisa didapatkan dan tidak bisa diukur dengan materil, serta yang paling utama membawa kenikmatan bersama,” pungkas Ulan. (Igie N. Rukmana)***
0 comments:
Post a Comment