KONDISI salah satu ruang kelas SDN Karanganyar 02, Desa Karanganyar, Kec. Leuwigoong, Kab. Garut yang rusak sehingga proses kegiatan belajar mengajar (KMB) terganggu. |
Kegiatan belajar mengajar (KMB) di SDN Karanganyar 02, Desa Karanganyar, Kec. Leuwigoong, Kab. Garut, terutama yang menempati ruang kelas I, II, dan III terganggu. Para guru dan perserta didik merasa was was, sewaktu-waktu ruang kelas tersebut sewaktu-waktu ambruk karena kondisinya sangat parah. Kerusakan tampak pada bagian atap, langit-langit, dinding, lantai, serta kusen pintu dan jendela.
Rasa was-was itu memang bukan tanpa alasan, pasalnya, pintu ruang kelas III sempat ambruk saat kegiatan belajar berlangsung. Begitupun dengan langit-langit bangunan yang terbuat dari internit, pada berjatuhan saat murid berada di dalam kelas, sebagaimana dituturkan Kepala SDN Karanganyar 02, Yati Suryati saat ditemui wartawan, Selasa (30/10). Untung, langit-langit yang berjatuhan itu tidak menimpa murid dan guru.
"Karena sudah tidak berpintu, akses masuk ke kelas III ditutup secara permanen dengan menggunakan papan. Murid dan guru kelas III yang hendak masuk terpaksa harus melintasi ruangan kelas I yang sudah tidak memiliki daun pintu. Kerusakan juga terjadi pada daun pintu kelas II sehingga terpaksa diikat dengan tali rapia karena sudah tidak bisa dipaku akibat keropos parah," tutur Yati.
Keadaan semakin parah saat hujan turun atau angin berhembus dengan kencang. Sekolah terpaksa dibubarkan karena para anak didik merasa ketakutan. Terlebih, ruang belajar tidak memiliki jendela melainkan hanya dihalangi dengan ram kawat. Alhasil, saat angin bertiup penghuni kelas merasa kedinginan. Begitupun saat hujan turun, para murid basah kuyup karena air hujan masuk ke dalam kelas.
Untuk mengantisipasi supaya tidak ambruk, pihak sekolah menyangga atap di depan kelas I dengan menggunakan tiga batang bambu. Sedangkan langit-langit ruang kelas tidak bisa diakali lagi karena pelapon untuk menempelkan internit sudah pada keropos. Kerusakan tersebut sudah berlangsung sejak dia dipercaya memimpin sekolah tesebut pada tahun 2004 silam, namun hingga sejauh ini belum ada perbaikan sama sekali. Padahal, pihak sekolah sudah mengajukan permohonan batuan renovasi fisik bangunan.
"Saya sempat mendengar kabar tahun ini sekolah kami akan mendapat bantuan rehabilitasi ruang kelas yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2011 dan 2012. Namun hingga sejauh ini bantuan tersebut belum juga turun. Padahal perbaikan harus segera dilakukan agar 78 peserta didik yang terdiri dari 29 murid kelas I, 19 murid kelas II, dan 30 murid kelas III bisa belajar dengan tenang," katanya.
Lebih jauh Yati menuturkan, saat pertama kali bertugas di tempat itu hampir seluruh kelas dalam keadaan rusak parah. Namun pada tahun 2007 tiga ruang kelas yakni kelas IV, V, dan VI sempat direnovasi sehingga kondisi sekarang masih cukup baik. Perbaikan tersebut dilakukan atas inisiatif pihak sekolah dengan cara swadaya. Farhan SN***
0 comments:
Post a Comment