SEJUMLAH guru dan mahasiswa saat mengikuti seminar pendidikan di Gedung Wanita, Kecamatan Garut Kota.* |
Akibat Faktor Biaya
Kesempatan Belajar di Indonesia Lebih Sempit Dibanding Jepang
KOTA, (GE).- Secara umum, kecerdasan yang dimiliki para siswa di Indonesia tidak kalah dengan para siswa di Jepang. Hanya saja akibat faktor biaya, kesempatan para pelajar Indonesia untuk terus belajar ke jenjang yang lebih tinggi lebih kecil dibanding para pelajar di negeri matahari.
Hal itu diungkapkan Direktur Global Educational Communication Technology (GLECT) Jepang, Toshinari Fuchino , saat memberikan materi pada acara Seminar Pendidikan "Pengenalan Metode Pembelajaran Mandiri, Sistem Pendidikan Jepang" yang digelar di Gedung Wanita Kabupaten Garut di Jalan A. Yani Garut Kota, Minggu,(18/11).
Menurut Fuchino, di Jepang hampir seratus persen warga negaranya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang tinggi. Hal ini dikarenakan adanya biaya pinjaman dari pemerintah yang dikhususkan untuk membiayai pendidikan. Hal ini belum termasuk beasiswa-beasiswa yang tidak hanya disediakan pemerintah pusat namun juga disediakan oleh pemerintah tingkat provinsi dan wilayah.
Fuchino menilai, secara umum sitem pembelajaran yang dilakukan di Indonesia dan Jepang tidak jauh berbeda. Namun memang ada sedikit perbedaan dalam konten dimana pada umunya di Indonesia anak-anak belajar dengan cara diajarin oleh gurunya. Namun di Jepang, sebagaimana dalam sistem pembelajaran yang dimaterikan dalam acara seminar ini, anak-anak lebih dididik untuk belajar secara mandiri. “Di Indonesia sendiri memang telah ada sistem CBSA (cara belajar siswa aktif) yang sistemnya hampir sama dengan sistem pembelajaran yang dilakukan di Jepang selama ini. Namun tentunya harus bisa kita bedakan antara belajar dengan menghapal dan belajar dengan memahami," ujar Fuchino.
Diakuinya, ia lebih memilih menggelar acara seminar untuk memberikan pemahaman terhadap para siswa dan guru yang ada di daerah seperti Garut dibanding kota-kota besar. Menurutnya, jika melihat kondisi alam di Garut yang kental unsur kedaerahannya dan agamisnya, dia benar-benar merasakan kesejukan berada di Indonesia. “ Kalau Jakarta, Badung dan kota besar lainnya suasananya hampir sama dengan kota-kota di Jepang,” jelasnya
Masih menurut Fuchino, melihat latar belakang permasalahan yang ada, kendala utama pendidikan di Indonesia termasuk Garut lebih disebabkan kecilnya kesempatan untuk belajar akibat tidak bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor biaya. Oleh karena itu dirinya berharap, kegiatan seperti ini bisa lebih meningkatkan prestasi para siswa sehingga pada akhirnya pemerintah pun menyadari apa yang harus dilakukannya, yaitu menambah anggaran pendidikan.
Sementara itu Ketua Pelaksana Kegiatan yang juga Direktur LPE Al-Syura, Arif Rahman Hidayat, SE. Ak., MM., menjelaskan, tujuan kegiatan ini prinsifnya ingin membangun metode baru pembelajaran di Indonesia, khususnya di Kabupaten Garut.”Kami telah mengagas kegiatan ini lebih dari satu tahun dengan melakukan kerjasama dengan Jepang,” jelasnya
Diungkapkan Arif, selama ini di Indonesia ada sistem CBSA esensi nya hampir menyamai sistem pembelajaran di Jepang. Namun ternyata, sistem CBSA ini tidak bisa bertahan lama sehingga pihaknya ingin mencoba menerapkan metode lain yang terbukti bisa lebih epektif, yaitu metode pembelajaran yang selama ini dilakukan di Jepang. (Farhan SN)***
0 comments:
Post a Comment