Gedung Dewan, (GE),- Puluhan warga dari empat desa yaitu Desa Mangkurakyat, Sukahati, Mekarmukti dan Desa Kolot Kecamatan Cilawu, mengancam akan memboikot pelaksanaan Pilkada Garut yang akan digelar 8 September mendatang hingga Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden tahun 2014.
Hal itu, disampaikan puluhan warga dan aparat desa yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Pengairan (FMPP) saat mendatangi gedung DPRD Garut, Rabu (28/8) untuk melakukan audensi dengan DPRD Garut terkait masalah pengerukan sedimentasi saluran anak sungai Cimanuk yang mengairi 416 Hektar lahan pertanian di empat desa tersebut.
“Kalau Pemkab Garut tidak segera melakukan pengerukan, maka warga dari 4 desa akan memboikot Pemilu, baik dalam Pilkada yang sebentar lagi digelar, Pemilu Legislatif ataupun Pemilihan Presiden,” tegas Iip D Suherman selaku Koordinator FMPP yang ditemui usai audensi dengan tiga anggota DPRD Garut dari Komisi B.
Iip mengungkapkan, sedimentasi saluran irigasi anak sungai Cimanuk yang mengairi 416 hektar lahan pertanian di empat desa, saat ini kondisinya sudah cukup parah, karena pasir yang bercampur tanah menumpuk hingga mencapai 1 hingga 2 meter. Akibatnya, pasokan air ke lahan pertanian sejak 8 bulan lalu tidak stabil dan sawah petani seluas 416 hektar mengalami kekeringan. “Kita sengaja datang mengadukan dan meminta DPRD untuk memfasilitasi agar Pemkab Garut mengeruk sedimentasi di saluran irigasi dengan menggunakan alat berat,” jelasnya.
Saat ini, sambung Iip dari 416 hektar lahan pertanian di empat desa di Kecamatan Cilawu yang diairi oleh saluran irigasi anak Sungai Cimanuk 106 hektar diantaranya mengalami fuso, sementara tanaman palawija kekeringan. Hal serupa disampaikan Feri Sakti dari warga Kampung Munjul Desa Mangkurakyat yang memiliki lahan pertanian yang dialiri saluran irigasi . Menurutnya, biasanya dalam satu tahun dirinya bisa menanam padi sebanyak tiga kali. Namun, saat ini hanya bisa satu kali tanam dan panen karena sawah kekurangan air.
Feri mengungkapkan, daerah yang paling parah mengalami kekeringan akibat sedimentasi saluran irigasi anak Sungai Cimanuk ini adalah Desa Mekarmukti.”Jangankan untuk mengairi lahan pertanian, untuk sekedar keperluan berwudhu saja sudah terbilang susah. Padahal, warga sudah sering melakukan kerja bakti membersihkan saluran irigasi,” keluhnya
Sementara itu, salah seporang anggota Komisi B, Ojo Kusmana , yang menerima audesi mengatakan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) terlebih dahulu untuk melihat ketersediaan alat berat yang dimiliki Pemkab Garut. “Karena, jika harus menyewa operasional pasti biaya yang dikeluarkan akan lebih besar,” jelasnya. (NRH)
Hal itu, disampaikan puluhan warga dan aparat desa yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Pengairan (FMPP) saat mendatangi gedung DPRD Garut, Rabu (28/8) untuk melakukan audensi dengan DPRD Garut terkait masalah pengerukan sedimentasi saluran anak sungai Cimanuk yang mengairi 416 Hektar lahan pertanian di empat desa tersebut.
“Kalau Pemkab Garut tidak segera melakukan pengerukan, maka warga dari 4 desa akan memboikot Pemilu, baik dalam Pilkada yang sebentar lagi digelar, Pemilu Legislatif ataupun Pemilihan Presiden,” tegas Iip D Suherman selaku Koordinator FMPP yang ditemui usai audensi dengan tiga anggota DPRD Garut dari Komisi B.
Iip mengungkapkan, sedimentasi saluran irigasi anak sungai Cimanuk yang mengairi 416 hektar lahan pertanian di empat desa, saat ini kondisinya sudah cukup parah, karena pasir yang bercampur tanah menumpuk hingga mencapai 1 hingga 2 meter. Akibatnya, pasokan air ke lahan pertanian sejak 8 bulan lalu tidak stabil dan sawah petani seluas 416 hektar mengalami kekeringan. “Kita sengaja datang mengadukan dan meminta DPRD untuk memfasilitasi agar Pemkab Garut mengeruk sedimentasi di saluran irigasi dengan menggunakan alat berat,” jelasnya.
Saat ini, sambung Iip dari 416 hektar lahan pertanian di empat desa di Kecamatan Cilawu yang diairi oleh saluran irigasi anak Sungai Cimanuk 106 hektar diantaranya mengalami fuso, sementara tanaman palawija kekeringan. Hal serupa disampaikan Feri Sakti dari warga Kampung Munjul Desa Mangkurakyat yang memiliki lahan pertanian yang dialiri saluran irigasi . Menurutnya, biasanya dalam satu tahun dirinya bisa menanam padi sebanyak tiga kali. Namun, saat ini hanya bisa satu kali tanam dan panen karena sawah kekurangan air.
Feri mengungkapkan, daerah yang paling parah mengalami kekeringan akibat sedimentasi saluran irigasi anak Sungai Cimanuk ini adalah Desa Mekarmukti.”Jangankan untuk mengairi lahan pertanian, untuk sekedar keperluan berwudhu saja sudah terbilang susah. Padahal, warga sudah sering melakukan kerja bakti membersihkan saluran irigasi,” keluhnya
Sementara itu, salah seporang anggota Komisi B, Ojo Kusmana , yang menerima audesi mengatakan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) terlebih dahulu untuk melihat ketersediaan alat berat yang dimiliki Pemkab Garut. “Karena, jika harus menyewa operasional pasti biaya yang dikeluarkan akan lebih besar,” jelasnya. (NRH)

0 comments:
Post a Comment