CIBATU, (GE).-
Pada tahun 1930-an Syekh Abdul Khohar Jaelani dari Banten berkeliling ke pelosok daerah Jawa Barat dalam rangka menyebarkan Agama Islam dengan menggunakan media Kesenian Reog Badeng. Sehingga banyak warga waktu itu tertarik dan masuk Agama Islam. Setelah beliau meninggal, dilanjutkan oleh para muridnya. Salah satunya adalah Mbah Wilastra dan Mbah Enu yang memperkenalkan Kesenian Reog Badeng di Desa Padasuka, khususnya di Daerah Kancil.
Pada mulanya, kesenian ini hanya mengandung anasir seni tradisional yang bertujuan sebagai wahana hiburan dan penyebaran agama. Namun, seirama dengan kurun waktu yang berjalan, Sekarang Kesenian Reog Badeng yang masih eksis di lokasi Kancil dipadukan dengan Kesenian Debus.
Menurut Pembina Kesenian Reog Badeng Pusaka Putra Kancil, Dayat mengatakan, kesenian ini memiliki dua asfek yaitu kesenian hikmah ajaran Islam dan kesenian Debus. Pada hakikatnya, Ujar Dayat, gerakan-gerakan kesenian Reog Badeng itu mengandung ilmu hikmah yang terkandung dalam ajaran Islam dan alat-alat pusaka. Kesenian dari Reog Badeng, Angklung dan Dodog Panjang merupakan gambaran-gambran yang sangat bermakana. Sedangkan realita dari asfek Kesenian Debus adalah supaya umat manusia lebih meningkatkan keyakinannya kepada kekuasaan dari Alloh SWT.
“Kesenian Reog Badeng Pusaka Kancil, seiring dengan berjalannya waktu, sudah dipadukannya dengan musik Kosidahan, Dangdut dan jenis-jenis musik yang lainnya. Hal itu, salah satu upaya, guna memperkenalkan kepada para remaja dan kaula muda tentang alat-alat Kesenian Badeng,” kata Dayat.
Sementara itu Kepala Desa Padasuka, H. Odjir, S. Ip, mengatakan guna melestarikan seni budaya di Desa Padasuka yang masih eksis, seperti Seni Reog Badeng, diharapkan Dinas terkait pro aktif membinanya. Jangan sampai lenyap tergeser persaingan oleh budaya luar negeri yang kini banyak diadopsi oleh para remaja dan anak-anak muda.
"Keberadaanya harus ada perhatian lebih serius dari berbagai pihak. Karena Kesenian Reog Badeng Pusaka kancil merupakan warisan dari para leluhur sebagai aset wisata berharga yang seyogyanya harus dijaga, dan dibina agar tetap lestari," pungkasnya. (Ilham Amir/Takur)***
Pada tahun 1930-an Syekh Abdul Khohar Jaelani dari Banten berkeliling ke pelosok daerah Jawa Barat dalam rangka menyebarkan Agama Islam dengan menggunakan media Kesenian Reog Badeng. Sehingga banyak warga waktu itu tertarik dan masuk Agama Islam. Setelah beliau meninggal, dilanjutkan oleh para muridnya. Salah satunya adalah Mbah Wilastra dan Mbah Enu yang memperkenalkan Kesenian Reog Badeng di Desa Padasuka, khususnya di Daerah Kancil.
Pada mulanya, kesenian ini hanya mengandung anasir seni tradisional yang bertujuan sebagai wahana hiburan dan penyebaran agama. Namun, seirama dengan kurun waktu yang berjalan, Sekarang Kesenian Reog Badeng yang masih eksis di lokasi Kancil dipadukan dengan Kesenian Debus.
Menurut Pembina Kesenian Reog Badeng Pusaka Putra Kancil, Dayat mengatakan, kesenian ini memiliki dua asfek yaitu kesenian hikmah ajaran Islam dan kesenian Debus. Pada hakikatnya, Ujar Dayat, gerakan-gerakan kesenian Reog Badeng itu mengandung ilmu hikmah yang terkandung dalam ajaran Islam dan alat-alat pusaka. Kesenian dari Reog Badeng, Angklung dan Dodog Panjang merupakan gambaran-gambran yang sangat bermakana. Sedangkan realita dari asfek Kesenian Debus adalah supaya umat manusia lebih meningkatkan keyakinannya kepada kekuasaan dari Alloh SWT.
“Kesenian Reog Badeng Pusaka Kancil, seiring dengan berjalannya waktu, sudah dipadukannya dengan musik Kosidahan, Dangdut dan jenis-jenis musik yang lainnya. Hal itu, salah satu upaya, guna memperkenalkan kepada para remaja dan kaula muda tentang alat-alat Kesenian Badeng,” kata Dayat.
Sementara itu Kepala Desa Padasuka, H. Odjir, S. Ip, mengatakan guna melestarikan seni budaya di Desa Padasuka yang masih eksis, seperti Seni Reog Badeng, diharapkan Dinas terkait pro aktif membinanya. Jangan sampai lenyap tergeser persaingan oleh budaya luar negeri yang kini banyak diadopsi oleh para remaja dan anak-anak muda.
"Keberadaanya harus ada perhatian lebih serius dari berbagai pihak. Karena Kesenian Reog Badeng Pusaka kancil merupakan warisan dari para leluhur sebagai aset wisata berharga yang seyogyanya harus dijaga, dan dibina agar tetap lestari," pungkasnya. (Ilham Amir/Takur)***
0 comments:
Post a Comment