Jum’at Mendung di Bumi Garut
Written By Garut Express on Monday, December 31, 2012 | 9:44 PM
Jum’at Mendung di Bumi Garut
DARIPADA harus repot-repot menyaksikan langsung sidang paripurna DPRD Garut dalam membahas nasib Bupati Garut, H. Aceng HM Fikri, S.Ag, pilihan duduk manis di depan televisi sambil minum kopi, tentunya lebih asyik karena tak harus berdesak-desakkan dengan para demonstran, baik dengan pendukung bupati maupun yang kontra.
Cukup jelas, putusan DPRD Garut merekomendasikan agar Aceng HM Fikri, dicopot dari jabatannya sebagai Bupati Garut. Yah, memang putusan tersebut menyakitkan bagi Aceng HM Fikri, sehinga dirinya mengatakan merasa dizalimi oleh DPRD. “Saya harus mendapat keadilan, jangan sampai hukuman itu tidak setimpal dengan apa yang saya lakukan. Kalau kesalahannya sepuluh persen, maka hukumannya jangan sampai seratus persen. Perasaan saya tidak marah maupun dendam, tetapi sedikit prihatin dengan kejadian ini, ternyata persoalan privasi ditarik ke ranah politik kemudian menghasilkan yang tidak saya harapkan. Itu peristiwa terjadi lima bulan yang lalu, bukan peristiwa akhir-akhir ini. Kenapa ini bisa mencuat akhir-akhir ini, makanya saya anggap ini sudah terjadi politisasi.
Mau tidak mau saya harus membela diri, kalau memang kadar kesalahannya tidak besar, seperti pelanggaran etika kenapa permasalahannya harus disampaikan ke Mahkamah Agung. Biasanya pelanggaran etika cukup disampaikan ke atasannya, dalam hal ini adalah gubernur. Tentunya gubernur memberikan sanksi berupa teguran, tidak sampai pada impeachment.
Tapi kalau sudah sinyalemennya disampaikan ke MA, saya fikir DPRD mengharapkan pemakzulan terhadap saya. Inilah suatu bukti pendzoliman terhadap saya,”. Demikian petikan ungkapan Bupati Aceng HM Fikri, di salah satu televisi swasta.
Nasi sudah menjadi bubur. Sebuah peristiwa tak bisa dielakan lagi, menjadi catatan sejarah Pemerintah Kabupaten Garut kembali kelam. Resiko politik, harus dibayar mahal melalui putusan paripurna wakil rakyat. Hujan besar di Jum’at sore, tak mampu memporakpondakan demonstran yang berduyun dipembatas pagar kawat. Ribuan pasukan pengaman, seakan mengepung lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Pengais rejeki, para pedagang yang biasa berjejer di Jalan Pahlawan depan perkantoran, terpaksa lenyap menghentikan aktifitasnya.
Langit mendung sejak pagi, tak pernah bergeser hingga akhirnya tumpah di bumi Garut. Suara parau dari Bupati Garut Aceng HM Fikri, tersirat ada rasa sakit yang dalam sekalipun terungkap tidak ada rasa dendam. Peristiwa ini harus menjadi pelajaran berharga untuk ke depan. Esok hari bumi Garut harus cerah, seperti hujan pun ada saatnya reda. Masyarakat Garut sangat rindu kedamaian dan tak ingin menunggu berlama-lama.***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment