RSUD dr.Slamet Sering "Overload" Pasien
Written By Garut Express on Sunday, March 24, 2013 | 8:57 PM
RSUD dr.Slamet Sering "Overload" Pasien
RSU, (GE).-
Beberapa tahun terakhir ini, warga Garut kerap mengeluhkan buruknya pelayanan RSUD dr. Slamet Garut. Di antaranya, pasien yang hendak dirawat di rumah sakit ini sering kali harus antri. Tak heran jika istilah “waiting list” sudah menjadi bahasa sehari-hari bagi di RSUD ini.
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) pun berubah menjadi ruang rawat inap karena seluruh ruangan yang ada telah penuh, sementara pasien terus berdatangan. Karena tak ada ruangan lagi, terpaksa ruang IGD diberdayakan menjadi tempat perawatan.
Kondisi seperti inilah yang akhirnya di RSUD dr. Slamet ini dikenal istilah “waiting list”. Istilah itu berlaku bagi pasien yang terpaksa dirawat di ruang IGD dan masuk dalam daftar tunggu ruang rawat inap.
Kasubag Informasi dan Hukum RSU dr. Slamet Garut, H. Ade Sunarya membenarkan selama ini rumah sakit milik pemerintah itu memiliki keterbatasan ruangan. Namun Ade menegaskan, pelayanan dokter dan perawat tidak ada kendala dan berjalan sebagaimana mestinya. Ade juga membantah kalau ada pasien yang ditelantarkan.
"Kendati pasien pasedek-sedek tapi tetap toh pelayanan oleh dokter dan perawat berjalan sebagaimana mestinya," kata Ade menanggapi banyaknya keluhan pasien tentang pelayanan rumah sakit yang tidak optimal.
Dia menjelaskan rumah sakit ini memiliki 528 tempat tidur, tetapi setiap hari harus melayani sekitar 2,5 juta jiwa warga Garut. Atas dasar itulah, kata Ade, rumah sakit ini sering overload pasien. "Akibat keterbatasan ini pula sejumlah pasien harus menunggu atau masuk waiting list," jelasnya.
Menurut Ade, jumlah pasien yang dirawat di ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sangat banyak. Pasalnya, seluruh pasien yang akan dirawat pastinya juga ditransit di ruangan itu. Bahkan di ruang IGD tersebut kalau anak-anak kadang satu tempat tidur dipakai untuk tiga pasien.
"Tetapi kalau perawatan dan pengobatan berjalan normal, kami tidak pandang kelas, yang punya jamkesmas, jamkesda, atau jamkesos dilayani dengan pelayanan sama," ucapnya.
Menurut Ade, jumlah pasien yang masuk ke IGD setiap hari kurang lebih mencapai 130 pasien. Para pasien tersebut untuk sementara ditampung di IGD sambil menunggu pasien lain keluar atau diperbolehkan pulang.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah pasien dan keluarganya mengeluhkan pelayanan ru¬mah sakit milik pemerintah itu. Pasalnya, mereka merasa ditelantarkan karena tidak bisa menjalani rawat inap. Mereka pun menilai, rumah sakit tidak maksimal memberikan pe¬la¬ya¬nan kepada pasien pengguna fasilitas Jamkesmas, jamkesda atau jamkesos.
"Saya sudah empat hari terus dirawat di IGD. Satu ranjang diisi 3 sampai 4 orang. Sungguh jauh dari nyaman," kata Yulia (45) warga Kec. Limbangan yang anaknya, Robi (2) dirawat karena menderita penyakit Thalasemia.
Hal senada diungkapkan keluarga pasien lainya, Samsiah (46) asal Cibatu. Ia mengaku anaknya, Selfia (10 bulan) sudah tiga hari "dicuekin" pihak rumah sakit. "Begitu masuk anak saya hanya diinfus saja," ucapnya lirih. (Cep)***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

Saat saat overload yang paling banyak adalah pada waktu pergantian sip siang dan malam, jumlah pasien yang datang tidak berbanding dengan jumlah tenaga dokter dan perawat yang ada.
ReplyDelete