Foto : Drs. Mlenik Maumeriadi |
Mlenik Maumeriadi Malu Bertanya Sesat di Jalan
MLENIK Maumeriadi, lahir di Monore Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 20 Februari 1958. Sejak masa kanak-kanak hingga remaja beliau acapkali berpindah-pindah kota mengikuti ayahnya yang seorang tentara dan bekerja di Pusat Pendidikan Militer (Pusdikpom). Sejak usia 40 hari hingga lulus SMP Mlenik kecil sudah diboyong merantau ke daerah Malang Jawa Timur. Tamat SMP Mlenik melanjutkan pendidikan SMA-nya di Cimahi.
Setelah lulus SMA pada tahun 1976, Mlenik memutuskan untuk melanjutkan sekolah di APDN (sekarang STPDN) dan lulus pada tahun 1980. Lulus dari APDN, Mlenik bekerja di Kota Bandung tepatnya di Cibeunying, Kota Bandung selaku Kasie Pemerintahan.Kariernya terus naik hingga menduduki jabatan Mantri Polisi di Kecamatan Cicendo Bandung pada tahun 1980-1985.
Suami dari Rini Srihartini ini melanjutkan pendidikan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta hingga menyandang gelar sarjana tahun 1988 dan akhirnya memutuskan hijrah dan berkarier dari Bandung ke Garut hingga sekarang.
Di Garut berbagai posisi telah ia tempati. Mulai dari staf Sosial Politik (Sospol-sekarang Kesbang) pada tahun 1988, Camat Banjarwangi tahun 1989, Camat Kadungora tahun 1993, Camat Tarogong tahun 1996 dan Camat Karangpawitan tahun 2001. Mlenik juga sempat menjadi staf di Asisten Daerah I(Asda), Sekretaris KPU Garut, Asda III, Kepala Dinas Perhubungan dan sekarang menduduki Kepala Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan (LHKP) Garut sejak 2011.
Berbagai aturan dan kebijakan telah dirasakan manfaatnya oleh pegawai di lingkungan instansi yang dipimpinnya. Rupanya, pengalaman di berbagai jabatan telah menempanya dan memberinya wawasan serta pengetahuan cukup luas.
"Kunci keberhasilan itu adalah berusaha. Yang diwajibkan Tuhan itu berusaha bukan berhasil," katanya kepada GE.
Oleh karena itu, Mlenik mengaku dirinya tidak merasa gengsi atau malu untuk belajar dan bertanya kepada siapa pun. Contohnya ketika dipercaya memimpin BLHKP, Mlenik tak malu bertanya hal-hal teknis seperti apa itu Amdal dan lainnya sekalipun kepada bawahan.
"Malu bertanya sesat di jalan," katanya.
Disinggung mengenai banyaknya aksi demo di Garut, bapak tiga orang anak ini mengaku, warga Garut sangat baik dan setiap tuntutan dan aspirasi masyarakat harus mampu didekati dan diselesaikan secara persuasif berupa mengkolaborasikan aspirasi masyarakat dengan aturan normatif.
"Sebab masyarakat yang berdemonstrasi itu ada sebagaian yang mengerti, tidak mengerti dan ada juga yang tidak mau mengerti," jelasnya.
Mlenik pun memastikan bahwa BLHKP tidak terpengaruh dengan banyaknya aksi demo tersebut dan bekerja normal seperti biasa. (Syamsul)***
0 comments:
Post a Comment