DPRD, (GE).- Suasana arena pencalonan Wakil Bupati Garut mulai memanas.
Sejumlah mantan pelamar bakal calon (balon) wabup bahkan meminta agar
DPRD Garut membatalkan proses pencalonan. Mereka menilai, prosedur
pencalonan telah menyimpang dari konteks peraturan yang berlaku. Bahkan,
aroma permainan kotor politik uang makin menyeruak ke ruang publik. Hal
tersebut sebagaimana diungkapkan salah seorang mantan pelamar cawabup,
Asep Kurnia Jaya.
Memang, Asep mengakui ada hak prosedur yang
dimiliki Bupati dan DPRD. Namun, katanya, itu bukan berarti Bupati atau
juga DPRD bisa seenaknya menentukan dua nama calon wabup yang dapat
ditetapkan dalam pemilihan. "Kalau diketahui ada yang tidak beres dalam
proses penjaringan, seharusnya ini jadi bahan pertimbangan bagi DPRD,"
tandas Asep Kurnia Jaya kepada GE saat dihubungi melalui telepon
selulernya, Sabtu (28/4).
Karena itu, Asep meminta DPRD membatalkan
proses penjaringan cawabup. "Saya tidak meminta kedua nama cawabup yang
diajukan dibatalkan. Yang kami minta prosesnya dibatalkan. Karena sudah
menyalahi peraturan perundang-undangan," kata Asep.
Hanya saja, Asep
tidak menyebutkan secara gamblang peraturan mana yang dilanggar oleh
Bupati dan DPRD dalam proses pengajuan dua nama kemarin. Namun, Asep
mengungkapkan salah satu contoh persyaratan yang ia nilai keluar dari
prosedur penjaringan. Untuk membuktikan dirinya tidak sedang dalam
keadaan pailit, ia diminta menyetorkan uang sebesar Rp 1,4 miliar kepada
Bupati. "Alasannya sih itu untuk Bupati dan para pimpinan dewan," jelas
Asep Kurnia.
Namun, Asep tidak mau mengabulkan permintaan tersebut.
Karenanya, ia tidak memenuhi panggilan Bupati pada malam sebelum
penetapan dua nama calon wabup. "Soalnya bukan untuk diuji kesiapan
menjadi wakil bupati, tetapi saya malah dimintai uang. Saya dengar,
calon lainnya juga sama dimintai uang. Makanya ada yang mengundurkan
diri. Tadinya saya sendiri berpikir positif terhadap Aceng Fikri, tetapi
setelah tahu begitu saya menjadi tahu siapa dia sebenarnya," imbuh Asep
Kurnia.
Protes serupa diungkapkan mantan calon pelamar wabup
lainnya, Asep Tapip Yani. Ia menilai proses penentuan dua nama cawabup
yang diajukan Bupati tidak transparan. "Yang dimaksud tidak transparan,
karena selama ini kita tidak tahu apa yang terjadi. Tetapi tiba-tiba
muncul dua nama yang diajukan Bupati ke DPRD," kata Asep kepada GE,
Sabtu (28/4).
Namun demikian, lanjut Asep Tapip, hasilnya sangat
transparan. "Kedua nama calon yang diajukan Bupati sangat transparan.
Karena jelas-jelas menunjukkan bahwa Aceng Fikri memang sudah
meninggalkan sejarah keindependensiannya," kata Asep Tapip.
Seharusnya,
Aceng Fikri sebagai Bupati bisa memperlihatkan etika kepemimpinan
sejati. Sebelum menetapkan dua nama calon yang diajukan ke DPRD, tidak
ada salahnya seluruh pendaftar cawabup diajak berkomunikasi. Jelaskan
alasan kenapa si A diajukan dan si B tidak diajukan. Dengan adanya
penjelasan seperti itu, tentu para bakal calon bisa mengetahui duduk
persoalan yang sebenarnya.
Memang, Asep menyadari, mengenai
pencalonan wabup merupakan hak prerogatif Bupati. Tetapi, itu bukan
berarti Bupati bisa seenaknya sendiri. Hak tersebut tetap harus
digunakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Hak
prerogatif itu kan bukan berarti kumaha aing! Kalau seperti ini. Bupati
tidak mau berkomunikasi dengan anak buahnya, ia tidak layak dianggap
sebagai pimpinan lagi," tandas Asep Tapip.
Asep sendiri sengaja
menggulirkan pernyataan tersebut sebagai masukan bagi Bupati.
Menurutnya, harus ada penyadaran agar Bupati tidak terus terjerumus
dalam permainannya sendiri.
"Alih-alih bisa menyelesaikan persoalan,
kalau begini caranya malah justru akan menimbulkan persoalan baru di
kemudian hari. Dalam hal seperti ini (pemilihan-red), meski prosesnya
dijalankan secara jujur dan transparan saja, pasti ada yang
mempertanyakan. Apalagi kalau ada masalah seperti sekarang, adalah hal
sangat wajar kalau akhirnya semakin banyak yang mempertanyakan,"
katanya.
Karena itu, Asep Tapip mengajak kepada seluruh pelamar
cawabup untuk bersama-sama mengawasi dan mengkritisi proses penjaringan
dan pemilihan wabup yang masih berlangsung. Ajakan tersebut diamini
mantan pelamar cawabup lainnya, Yusuf Supriadi. Ia juga mengajak pelamar
cawabup lainnya untuk ikut serta mengontrol proses pemilihan Wabup
Garut sisa periode 2009-2014.
Bahkan, Yusuf mengingatkan agar DPRD
berhati-hati karena mencium isu tidak sedap mengenai politik uang.
"Jangan sampai DPRD ikut terlibat dalam praktik jual beli jabatan. DPRD
harus jeli dalam memilih. Seyogyanya yang dinilai adalah kemampuan
kinerja, bukan kekuatan finansial para calon menjadi tolak ukur," kata
Yusuf kepada GE.
Bahkan, Yusuf menegaskan, jika Bupati terbukti
melakukan jual beli jabatan, mereka akan melakukan penekanan kepada
Bupati untuk mundur dari jabatannya. "Kami juga akan menekan KPK untuk
segera turun ke Kabupaten Garut atas pelaporan yang telah masuk dari
masyarakat Garut," tandas Yusuf.
Ketika akan dimintai tanggapannya,
Bupati Garut, Aceng HM Fikri, dengan tegas membantah semua tudingan
miring yang dialamatkan kepadanya. "Saya dari mulai ketemu Asep Kurnia
Jaya itu tidak pernah mengajukan permintaan uang. Sampai dicabut nyawa
pun saya berani bersumpah! Kalau timnya yang meminta mengatasnamakan
saya, itu saya tidak tahu," kata Aceng Fikri kepada GE melalui telepon
selulernya, Minggu (29/4).
Kalau memang ada permainan kotor seperti
yang dituduhkan Asep Kurnia Jaya dan yang lainnya, kata Aceng Fikri,
silakan dibuktikan. Ia sendiri tidak membantah kalau dirinya memang ada
kepentingan terhadap Asep Kurnia. Namun itu sebatas untuk membuka akses
ke Menko Perekonomian, Hatta Rajasa. Soalnya, Asep Kurnia memang dikenal
dekat dengan Menko Perekonomian.
"Saya memang pernah dipertemukan
dua kali dengan Pak Hatta (Hatta Rajasa). Kami bicara bagaimana untuk
memajukan pembangunan di Kabupaten Garut ke depan," imbuh Aceng Fikri.
Sebenarnya,
kata Aceng, dirinya sudah memberikan kemurahan hati kepada Asep Kurnia
Jaya. Bahkan ia rela menunggu Asep Kurnia hingga pukul 02.00 dini hari
pada malam sebelum penetapan dua nama calon. "Saya tunggu sampai jam
02.00 pagi, ternyata dia tidak datang. Jadi saya sudah kurang baik
bagaimana? Padahal kalau waktu itu dia mau menyatakan keseriusannya
untuk mencalonkan wabup meski by phone saja, pasti saya respon. Jadi,
sumpah demi Allah saya tidak pernah berbicara uang," tandas Aceng.
Aceng
juga mengaku sudah mengetahui kalau isu miring ini sudah menyebar ke
mana-mana. Bahkan, katanya, semula Hatta Rajasa pun sempat memberikan
penilaian negatif kepada dirinya karena menerima informasi secara
sepihak. "Karena itu, akhirnya Pak Hatta juga menyampaikan permintaan
maaf melalui Pak H. Babay, kalau semala ini ia informasinya secara
sepihak," papar Aceng Fikri.
Berkaitan dengan sidang paripurna
penetapan dua nama cawabup, Aceng Fikri berharap dapat berjalan lancar
sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh Panlih di DPRD. "Mudah-mudahan
saja semuanya dapat berjalan lancar sebagaimana harapan kita bersama.
Agar Pemkab Garut secepatnya memiliki wakil bupati definitif yang akan
membantu tugas saya dalam melayani masyarakat," ungkap Aceng Fikri.
Sementara
itu, ketika dimintai komentarnya, Ketua DPRD Garut, Ahmad Bajuri, SE,
hanya mengatakan apakah pernyataan yang diungkapkan Asep Kurnia Jaya itu
rasional atau tidak. Karena itu, Bajuri juga menjanjikan pilwabup akan
dilaksanakan secara transparan sesuai aturan yang ada. “Seperti yang
saya utarakan, dua nama yang diajukan Bupati itu masih tentatif.
Artinya, ada evaluasi yang mesti dilakukan untuk melihat persyaratan
calon yang diajukan. Apakah secara administratif sudah benar atau tidak.
Artinya, bila sudah ditetapkan sebagai calon, persoalannya akan menjadi
lain jika memang ada permasalahan,” ujar Bajuri kepada GE, Minggu
(29/4).
Ditambahkan Bajuri, sebelum kedua nama calon ditetapkan dalam
paripurna, pihaknya sangat terbuka kepada publik untuk memberi masukan
atau temuan yang berkaitan dengan pelaksanaan pilwabup ini. (Sony
MS/Tata/Akw)***
Home »
Wakil Rakyat
» Ada Pelamar Cawabup Mengaku Diminta Menyetor Uang Rp 1,4 Miliar. Bupati : "Sampai Dicabut Nyawa pun Saya Berani Bersumpah!"
Ada Pelamar Cawabup Mengaku Diminta Menyetor Uang Rp 1,4 Miliar. Bupati : "Sampai Dicabut Nyawa pun Saya Berani Bersumpah!"
Written By Garut Express on Monday, November 19, 2012 | 6:19 PM
Labels:
Wakil Rakyat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment